”Kalau memahami ajaran agama masing-masing dengan baik, maka akan terhindar dari pemahaman radikal. Akan tercipta hubungan harmonis diantara pemeluk agama. Tidak saling ejek. Hidup berdampingan dengan saling menghargai. Alhamdulillah di Kota Bandung tidak ada pertentangan antar-agama,” tuturnya.
Kedua, cinta budaya. Pemkot Bandung sudah membuat peraturan daerah yang khusus berkenaan dengan budaya Sunda. Milsanya pada setiap hari Rabu warga diwajibkan menggunakan bahasa Sunda. Perda ini sebagai upaya memelihara budaya sendiri di tengah arus budaya dunia yang terus berkembang. ”Supaya warga Kota Bandung tetap bangga dengan budayanya sendiri,” ucapnya.
Komponen ketiga, kata Tatang, cinta lingkungan. Sikap ini harus dimulai dari diri sendiri. Misalnya dalam bentuk berpakaian yang rapi atau mandi secara teratur. Kemudian dikembangkan ke lingkungan keluarga. ”Sebagai pelajar yang baik, bantulah orangtua membersihkan rumah atau pekerjaan lainnya yang bisa dilakukan. Lalu terlibat dalam kegiatan dengan warga lainnya. Tingkat selanjutnya adalah mencintai alam lingkungan,” ujarnya.
Sementara itu komponen yang keempat adalah bela negara. Kesadaran ini harus ditumbuhkan, karena kondisi yang dirasakan hari ini tidak lepas dari jasa para pendahulu, jasa para pahlawan. ”Kemerdekaan tidak hadir begitu saja, melainkan diperjuangkan. Maka tugas kita hari ini adalah mengisi kemerdakaan dengan belajar yang baik untuk masa depan,” tutupnya.
Sementara Kepala Kemenag Kota Bandung, Yusuf Umar menjelaskan, pendidikan karakter sangat penting dilakukan sebagai cara terbaik agar siswa memiliki kepribadian dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari para siswa dibiasakan untuk berlaku sopan, rendah hati kepada guru dan teman. ”Misalnya biasakan memberi salam bila bertemu guru atau teman,” katanya ditemui disela acara.
Dengan pendidikan karakter, diharapkan setiap siswa bisa menghormati orang lain dalam kehidupan masyarakat yang beragam, serta menghargai segala perbedaan yang ada. ”Jangan merendahkan orang lain hanya karena perbedaan agama. Kita hidup dalam sebuah negara dengan begitu banyak perbadaan latar belakang setiap warganya. Hal ini selayaknya menjadi kekayaan bersama,” ungkapnya. (awa/azu)