SOREANG — Merki kenaikan harga telur sudah berlangsung pasca lebaran lalu. Sampai saat ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung terbilang lamban untuk melakukan antisipasi. Bahkan, pihaknya masih melakukan pengecekan dan memantau harga telur dan daging ayam disejumlah pasar. Padahal, beberapa evaluasi dan kajian mengenai kenaikan harga telur sebetulnya sudah dilakukan pemerintah pusat, termasuk oleh Satgas pangan sendiri.
Menanggapi hal ini, Asisten II bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Kabupaten Bandung, Marlan beralasan, pihaknya masih mendalami penyebab harga telur naik. Apakah disebabkan oleh pasokan berkurang, atau permintaan yang banyak atau harga pakan yang mahal akibat kurs rupiah yang melemah.
“Kita masih melakukan pemantauan oleh dinas untuk mengetahui penyebab kenaikan harga telur,”jelas Marlan kepada wartawan kemarin. (20/7).
Kendati begitu, dia mengatakan, penyebab harga telur mahal. Sebetulnya tidak ada masalah dalam distribusi. Sebab, selama ini pasokan telur dari luar daerah ke Kabupaten Bandung masih lancar. Meski harga bahan bakar minyak (BBM) naik begitu berpengaruh.
Untuk itu, jika harga tetap naik maka pihaknya akan berkoordinasi dengan Bulog dan direncanakan akan ada operasi pasar.
“Jika tidak terkendali maka akan dilaksanakan dengan operasi pasar,” ungkapnya.
Selain itu, antisipasi yang dilakukan juga adalah dengan tetap mendistribusikan bantuan pangan non tunai berupa beras dan telur kepada 168 ribu masyarakat.
Sebelumnya, harga komoditas bahan pokok telur di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Bandung masih tinggi. Salah satunya di pasar tradisional Pangalengan, harga telur per kilogram Rp 30 ribu. Harga tersebut tinggi dibandingkan sebelumnya yang hanya berkisar Rp 22 ribu per kilogram.
Sementara Ketua Koperasi Pasar (Kopas) Pangalengan, Asep Saepudin mengatakan harga telur mulai naik dari Rp 22 ribu hingga Rp 23 ribu, kemudian Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram. Selain itu, harga ayam potong naik dari Rp 34 ribu hingga Rp 36 ribu per kilogram menjadi Rp 38 hingga Rp 40 ribu per kilogram. (rus/yan)