Bahkan dari 120 kuota, PSI hanya mampu mendaftarkan 61 orang maka PSI menargetkan 5 atau 10 kursi DPRD Jabar saja, meski harapan bisa 14 tetapi PSI partai baru jadi cukup di 5 atau 10 kursi sudah menjadi prestasi yang sangat baik bagi level partai politik baru.
”Kita sudah jauh-jauh hari mempersipakan berkas yang diperlukan oleh KPU Jabar, termasuk kita melakukan upload di Silon tetapi sampai terakhir ini kita hanya mampu mendaftarkan 61 bacaleg saja. Artinya masih banyak dapil yang kosong,” jelasnya.
Jumlah bacaleg 61 orang tersebut terang Iwan, selain karena PSI masih partai baru juga karena PSI lebih mengedepankan kualitas bacaleg sendiri dibandingkan kuantitasnya. Sehingga dari bacaleg yang ikut diseleksi PSI hanya mampu lulus seleksi 61 saja.
“Sedangkan dari usia 61 bacaleg yang kita daftarkan, kebanyakan berusia kurang lebih 40-50 tahun dengan terbanyak berlatar belakang berprofesi pekerja swasta. Akademisi dan hanya beberapa orang ASN yang sengaja mengundurkan diri dari jabatan ASNnya untuk ikut di Pileg 2019,” terangnya.
Dari 61 bacaleg yang mendaftar hampir kebanyakan pengurus PSI. Alasannya untuk memenuhi kuota, karena ada beberapa daerah pemilihan yang kurang (kosong) padahal dapil itu potensial bagi PSI.
”Termasuk saya, sebagai ketua diharuskan maju padahal awalnya pengurus hanya mendorong yang akan mendaftar diri tetapi karena masalah teknis yaitu untuk memenuhi kuota maka saya dan beberapa pengurus lainnya ikut mendaftar,” ujarnya.
Ketua DPW PKS, Nur Suprianto mengatakan optimistis mampu memperoleh suara di Pemilihan Legislatif 2019 sebanyak 20 kursi naik 8 kursi dari sebelumnya. Meski isu-isu yang membuat citra PKS buruk terutama di sosial media tengah gencar menerpa PKS, tetapi PKS tetap yakin akan perolehan suara yang positif.
“Target suara PKS sekitar 20 kursi, tetapi akan kita maksimalkan jauh lebih besar lagi. Namun, Kami sangat fokus di Kabupaten Bogor baik untuk Pileg mapun Pilpres 2019,” katanya.
Peneliti Senior dari Lembaga Survei Indo Barometer, Asep Saepudin menyoroti ihwal banyaknya partai politik yang mendaftarkan bacalegnya di akhir waktu pendaftaran, sebagaimana terjadi di Jabar dan provinsi lainnya. Dia menilai besar kemungkinan karena kendala persyaratan. Sehingga, pada awal pendaftaran justru sepi dari pendaftaran.