PENDIDIKAN Karakter melalui Bandung Masagi menjadi salah satu poin penting yang diamanatkan Perda Nomor 2 tahun 2018. Mengapa sedemikian penting? Mampukah konsep 20 karakter baik membentengi peserta didik dalam menghadapi kemajuan teknologi?
Fakta mencengangkan terjadi pada remaja di dunia. Berdasarkan catatan UNICEF 2014, sekitar 1/3 penduduk dunia berusia di bawah 18 tahun di negara manapun (kaya atau miskin) atau sekitar 10 persen atau 220 juta anak-anak dan remaja memiliki gangguan mental dengan diagnosa kecemasan, depresi atau gangguan perilaku (WHO 2003; Global Burden of Disease Study 2010, 2012).
Dari data tersebut, bisa diartikan, lebih dari separuh anak-anak yang mengalami penyakit mental di masa kecil juga akan menderita penyakit mental dalam kehidupan dewasa mereka (KimCohen dkk. 2003; Layard dan Hagell 2015).
Menyikapi kondisi yang ada, Kota Bandung mencoba membentengi hal itu tersebut dengan pendidikan karakter seperti diamanatkan Perda Nomor 2 tahun 2018.
Perda Nomor 2 tahun 2018 mengamankan banyak hal. Salah satunya, model pendidikan karekater yang memiliki ciri khas Kota Bandung, yaitu Bandung Masagi.
Bandung Masagi merupakan model pendidikan karakter sesuai pandangan hidup budaya Sunda. Masagi berasal dari bahasa Sunda, berarti, seimbang, ajeg, kokoh menuju kesempurnaan.
Dalam Bandung Masagi, ada empat nilai perlu diterapkan dalam budaya Sunda, yakni kearifan lokal. Yaitu silih asih (kemanusiaan), asah (mencerdaskan), asuh (pendampingan), dan wawangi (menyampaikan hal-hal positif).
Ketua Harian Bandung Masagi Dante Rigmalia mengatakan, Kota Bandung adalah kota metropolitan. Sangat Heterogen. Penduduknya 2,5 juta. Jumlah itu bertambah satu juta warga ketika siang hari dari warga sekelilingnya.
”Nah, untuk membentengi hal itu, siswa perlu dibekali dengan pendidikan karakter. Dan itu dimulai dan dibentuk sedini mungkin dari sekolah,” ungkap Dante kepada Jabar Ekspres.
Menurut Dante, tujuan Bandung Masagi untuk membentuk karakter peserta dirik. Sebab, kekuatan kuat fisik tanpa asupan makan bergizi, ilmu dan akhlak melalui asupan spiritual akan kurang lengkap.
”Peserta didik memiliki skill agar bisa hidup di abad 21. Sebab, Pengembangan Bandung Masagi mengombinasikan, keterampilan, creative thinking, problem solving, dan lain-lain.
Kedua puluh karekter baik itu di antaranya, jujur, berani, percaya diri, tangguh, peduli, tekun, adil, toleran, disiplin, dan sadar diri. Kemudian, mandiri kritis, inisiatif, kreatif, ramah, sederhana, sabar, kooperatif, tanggung jawab dan cekatan.