Pengamat Politik dari Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusuf mengatakan dari hasil banyak lembaga survei baru-baru ini, angka pemilih yang tidak akan menggunakan hak pilihnya atau golput masih tinggi hampir 30 persen, dan ini sangat ironis ditengah-tengah sudah masifnya sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan Umum.
”Alangkah baiknya saat ini, kita fokus pada peningkatan jumlah pemilih dan ini bukan hanya tugas penyelenggara Pemilu saja, tetapi para pasangan calon, partai politik pengusung, relawan, pendukung termasuk media massa harus ikut berperan serta,” tuturnya.
Jangan sampai, kata dia, nanti pada pemungutan suara 27 Juni 2018, data menunjukkan tingkat pemilih golput masih tinggi. Kondisi ini harus menjadi bahan evalusi terutamanya bagi penyelenggara Pemilihan Umum. ”Pemilih golput masih tinggi, kamanara wae atuh penyelenggara Pemilu (KPU) Jabar dan pihak terkait,” katanya. (mg2/ign)