BANDUNG – Kondisi ‘lost signal’ (hilang sinyal) di beberapa titik di Provinsi Jawa Barat merupakan masalah serius. Selain mengganggu komunikasi warga, implikasi lain adalah dapat menurunkan produktivitas.
Hal tersebut mendapatkan perhatian khusus dari Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Berdasarkan data, wilayah pelosok pedalaman kerap sulit menerima sinyal. Menurut dia, Jawa Barat harus ‘mencrang sinyal’ (bening sinyal).
Padahal, masyarakat di wilayah tersebut memiliki banyak produk untuk dipromosikan secara digital.
“Potensi penduduk desa sebenarnya sangat besar dalam berproduksi. Mereka terkendala sinyal telepon dan internet. Kudu na mah mencrang atuh. Padahal, kalau perusahaan telekomunikasi jeli, mereka kan bisa jadi konsumen,” kata Dedi.
Mantan Bupati Purwakarta itu menyampaikan hal tersebut saat berkunjung ke Desa Girimekar. Tepatnya, di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, kemarin (19/6).
Menurut Dedi, nantinya Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat mengusulkan pembangunan BTS-BTS baru provider. Indosat, Telkomsel dan penyedia jasa layanan telekomunikasi akan digandeng Pemprov Jabar.
“Fasilitas-fasilitas dari perusahaan itu harus masuk ke daerah sulit sinyal di Jawa Barat,” katanya.
Selain meningkatkan produktivitas warga, sinyal ‘mencrang’ juga dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintahan. Karena itu, dia berkomitmen memasang wifi gratis di setiap kantor desa dan kelurahan di Jawa Barat.
“Jadi, nanti aparat desa/kelurahan bisa bekerja dengan nyaman karena sinyalnya kencang dan ‘mencrang’. Saya ini rasional dan bisa dilaksanakan secara cepat,” ujarnya.
Keberhasilan menyediakan fasilitas internet gratis di seluruh ruang terbuka hijau di Purwakarta akan ia bawa ke tingkat Jawa Barat. Bahkan, RTH di setiap desa dan kelurahan pun menjadi perhatian khususnya.
“Internet juga harus hadir di ruang publik setiap desa/kelurahan. Ruang interaksinya kan menjadi luas. Misalnya, warga desa bisa upload video tutorial bertani, membuat kerajinan dan lainnya,” ucap dia.
Dedi berharap produk kearifan warga desa tersebar secara luas di dunia maya. Sehingga, warganet terpacu untuk berproduksi dan tidak terpengaruh berita hoax yang dikemas secara sensional.
“Konten yang tersebar di dunia maya kan jadi konten positif. Warganet tidak lagi dipusingkan oleh konten abal-abal yang menyesatkan. Inovasi bisa tumbuh dari sini. Secara jangka panjang, kita bisa kok meminta pendampingan Kominfo,” katanya. (and/ign)