BANDUNG – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) terus mendorong program revitalisasi vokasi, terutama program Bekerja, Mandiri dan Wirausaha (BMW) bagi pelajar di seluruh Indonesia.
Direktur South East Asia Minister of Education Organization (SEAMEO), Gatot Hari Priowirjanto mengatakan, program dikembangkan di seluruh Asia Tenggara dan menjadikan Indonesia sebagai barometer untuk menggali potensi serta bakat pelajar untuk berwirausaha. Pasalnya, setiap sekolah dinilai memiliki peserta didik yang mampu mengembangkan potensi dalam bidang wirausaha.
Menurutnya, dalam kurikulum pendidikan terdapat simulasi digita ilmu kreatif dan kewirausahaan. Untuk itu, pihaknya mencoba masuk pada dua mata pelajaran tersebut serta membekali dan memberi peluang menggali kemampuan agar peserta didik mampu berkarya dan belajar melihat selera masyarakat.
”Kita ingin anak-anak zaman now (sekarang) itu bisa membuat kreativitas yang sesuai dengan selera pasar,” kata Gatot di Bandung kemarin (5/6).
Dalam program tersebut, pihaknya terlebih dulu melakukan seleksi untuk selanjutnya diberi fasilitas berupa pelajaran dalam menggali potensi diri sendiri, potensi pasar serta potensi yang ada di daerah masing-masing untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah produk ekonomis. Dalam produk kreatif tersebut, peserta didik juga belajar menggali peluang untuk melihat pangsa pasar.
”Dalam revitalisasi vokasi yang mandiri sasarannya tiga persen dan sasaran itu kita dorong dari SMK kelas satu, dua dan tiga. Kita fasilitasi sampai dia sarjana kewirausahaan dan ukurannya cuma produk dan rupiah per-semester,” kata dia.
Menurutnya, dengan program yang disebut SMK Pencetak Wirausaha (SPW), pihaknya memberikan pelatihan kepada peserta didik agar mampu melihat kebutuhan pasar yang jelas seperti pengelolaan waktu yang terukur, produk yang terukur serta pendapatan yang terukur. Untuk itu, pihaknya juga terus melakukan pemantauan terhadap upaya yang dilakukan dalam mengembangkan usaha.
“Kita ingin mencetak siswa kartu biru atau siswa yang menciptakan lapangan kerja. Kalau kartu kuning kan siswa mencari lapangan, tapi kita ingin mencetak anak-anak yang mempunyai kartu biru,” kata dia.