HIDUP di zaman now yang serba digital, memang memberikan banyak keuntungan yang sangat luar biasa bagi kita. Apapun yang berhubungan dengan kebutuhan informasi, cukup ketik di mesin pencari google, maka apa yang dicari tersebut akan muncul semuanya. Tidak ada yang ribet ataupun susah dicari, jika kita bertanya kepada Kang Google.
Berkirim data penting, surat elektronik, foto, berbelanja, bahkan seminar online pun sudah banyak dilakukan. Apabila kita sebagai guru tidak bisa beradaptasi, kreatif, atau update akan semua kemajuan teknologi, maka kita bisa-bisa akan ditertawakan oleh murid sendiri. Mengapa? karena mereka sangat cakap sekali dalam menggunakan kecanggihan internet dan media sosial saat ini.
Nasib buku
Di satu sisi kita bersyukur dengan kemudahan saat ini yang segalanya ditunjang media internet dan media sosial. Namun, di sisi yang lain, ada satu hal yang kiranya penting kita singgung, yaitu pudarnya semangat memiliki dan membaca buku.
Saat ini, ketika guru sedang mengajar di kelas, kemudian ada satu materi yang kurang dipahami maksud dan keterangannya, tidak perlu susah-susah mencari kebenarannya di buku yang ada di perpustakaan sekolah. Akan tetapi, cukup buka handphone android, ketika apa yang hendak kita ketahui di kolom pencari google, maka jawabannya sudah tersedia dengan banyak pilihan.
Pada akhirnya, buku dengan genre apapun menjadi semakin ditinggalkan dengan sangat menyedihkan. Apa-apa yang hendak kita cari, kita para guru yang melek digital tidak mencari jawaban permasalahan di dalam buku, tetapi dari internet. Apakah salah? Tentu saja tidak. Hanya saja, kita terlalu nyaman dengan kemudahan digital, tetapi lupa kepada buku.
Sangat disayangkan bahwa buku sudah tidak lagi menjadi primadona yang menggairahkan untuk dibaca dan diakrabi, kecuali buku bahan ajar di sekolah yang harus dibaca dan dipelajari setiap hari, meskipun itu juga seseringnya karena terpaksa. Buku seolah-olah dianggap sebagai barang kuno dan orang yang membacanya diistilahkan sebagai orang yang ketinggalan zaman!
Coba kita perhatikan di lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan sejenisnya. Apakah banyak siswa atau guru yang akrab atau setidaknya memegang buku yang sedang dibacanya? Atau adakah siswa atau guru yang melihat dan memperlakukan buku layaknya seperti memperlakukan smartphone miliknya? Jarang sekali, atau bahkan tidak ada!