Mengembalikan Ruh Pendidikan (Sekolah)

Kasih sayang adalah landasan yang fundamental sekaligus  universal dan menjadi konstributor utama yang memberi ruh dalam penyelenggaraan pendidikan dimanapun. Interaksi antara pemimpin (birokrat) pendidikan dengan bawahannya termasuk dengan kepala sekolah dan guru serta peserta didik yang didasarkan pada kasih sayang harus merupakan  refleksi seorang pemimpin (birokrat) pendidikan dan para pendidik ( guru/kepala sekolah) atas sifat Allah Yang Maha Rahmaan (kasih) dan Rahiim (sayang) (Djohar Permana, Cepi Triatna, 2018),  sifat demikian ini alamiah dan tidak bisa direkayasa. Setiap pengingkaran atas sifat-sifat ini berarti telah menghilangkan sebagian dari ruh sekolah tersebut.

Mengenai pentingnya sikap saling percaya dalam interaksi antara pemimpin pendidikan dengan guru/kepala sekolah dan peserta didik tujuannya  adalah agar praksis pendidikan tidak melahirkan  orang-orang munafik yang tanda-tandanya disebutkan dalam  sabda Rasulullah SAW sebagai berikut: ”Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat” (hadits Shahih Bukhari ke-33).

Hadits ini harus menjadi dasar bagi tumbuh kembangnya sikap saling percaya dalam sebuah ekosistem pendidikan. Sikap saling percaya akan menghindarkan praksis pendidikan dari munculnya perilaku munafik baik dalam prosesnya maupun berupa outputnya.

Dengan sikap saling percaya setiap pemimpin pendidikan, guru/kepala sekolah dan peserta didik akan selalu berbicara benar, memenuhi janji dan tidak hianat atas amanah yang diberikan. Esensi dari nilai saling percaya ini adalah keyakinan bahwa Allah SWT pasti memberikan yang terbaik kepada setiap hamba-Nya.

Last but not least untuk  melengkapi ruh pendidikan adalah dengan ikhlas, pemimpin/birokrat pendidikan dan guru serta kepala sekolah yang ikhlas akan mejadi sumber inspirasi dan  imitasi yang luar biasa bagi peserta didik. Sikap ikhlas akan menjauhkan pemimpin/birokrat pendidikan dari sifat hedonistic dan hubbun dunya, semua pengabdiannya dilandaskan pada upaya fastabihulkhoirot sebagai refleksi habluminanas, komunikasi  vertical dengan Rabb-nya.  Sehingga  pada akhirnya pendidikan (sekolah) benar-benar terasa sebagai taman pendidikan yang penuh dengan barokah.

*Pemerhati Pendidikan dan Dosen Magister Pendidikan B.Indonesia Program Pascasarjana Unpas Bandung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan