Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), Hery Haryanto Azumi, yang turut hadir sebagai undangan mengatakan, salah satu poin penting yang dibahas dalam pertemuan Panglima, Kapolri, dan ulama terkait memperkuat soliditas kebangsaan di tahun politik.
Menurut Hery, tiga elemen bangsa itu membuat kesepahaman sebagai bentuk soliditas dan sinergitas membangun bangsa melalui tugasnya masing-masing.
”TNI, Polri dan ulama sinergi membangun bangsa. Semua elemen ini punya tugas masing-masing. Forum silaturrahim itu tentu untuk membangun kesepahaman,” tambahnya.
Pengasuh Pesantren Benda Kerep Cirebon, KH Miftah mengungkapkan, sinergitas antara umara dengan ulama bukan hal baru. Ulama terdahulu baik sebelum maupun pasca-kemerdekaan telah melakukan hal sama.
“Ulama punya tanggung jawab menjaga tanah air. Ulama mencintai tanah air (hubbul wathon),” kata KH. Miftah.
Pengasuh Ponpes Ibnu Affandi, Bogor, KH Asep Awaluddin Nawafi, mengatakan TNI, Polri dan ulama memang sudah seharusnya bersatu. Jika ketiga komponen bangsa itu tidak bersatu, maka negara bisa runtuh.
“TNI, Polri, dan ulama harus bersatu. Kalau berpisah, negara runtuh,” ujar KH Asep.
Dia menambahkan, peran ulama menjadi penting. Sebab, dalam dakwah sesungguhnya terbagi tiga di antaranya dakwah bil lisan, dakwah bil haal dan dakwah birruh. Itulah yang membuat ulama itu istimewa. ”Ada saatnya ulama berbicara, ada saatnya bertindak dan ada saatnya ulama itu diam (berdzikir serta berdoa),’’ ujarnya.
Adapun Pengasuh Ponpes Al-Muhajirin Purwakarta, KH Abun Bunyamin, mengatakan ulama punya tanggung jawab moral menciptakan suasana sejuk dan kondusif.
”Ulama harus membuat suasana sejuk. Bukan malah menciptakan kegaduhan. Termasuk di tahun politik saat ini,” katanya.
Seperti diketahui, bersama MDHW, Panglima TNI dan Kapolri menggelar silaturrahmi terhadap para ulama di sejumlah titik. Yakni di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. (mg1/yan/ign)