BANDUNG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat menilai rencana peresmian sekaligus operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka pada pertengahan April terlalu dipaksakan. Sebab, masih ada sisa runway atau landas pacu 500 meter yang sampai saat ini masih belum selesai, sehingga secara teknis sangat belum siap.
”Saya menilai terlalu memaksakan, gara-gara mengejar prestisius aspek keselamatan, teknis dan efektifitas jadi diabaikan,” tutur Wakil Ketua Komisi IV dari Fraksi Partai Gerindra, Daddy Rohanady, Bandung.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sebelumnya Komisi IV bertemu Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub RI mempertanyakan kepastian siapnya BIJB beroperasi dan memberangkat haji sebagaimana ditargetkan. Mengingat saat ini landas pacu baru 2.500 meter padahal target dan ideal landas pacu bandara internasional itu 3.000 meter.
”Saya ingin BIJB Kertajati ini sesuai di 3.000 meter landas pacunya, bukan di 2.500 seperti saat ini,” jelasnya.
Hal ini mengingat kapasitas landas pacu 2.500 meter terang Daddy, tentunya hanya mampu landing pada jenis pesawat 373 atau pesawat berbadan kecil saja, dan tidak bisa untuk pesawat 777 yang berbadan besar yang memiliki kapasitas penumpang lebih banyak lagi.
”Dan kemungkinan besar karena landas pacu masih di 2.500 meter, pesawat pun akan transit terlebih dahulu ke medan baru langsung. Artinya itu transit, padahal yang Kita inginkan di Komisi IV ini sesungguhnya sebuah bandara internasional harus langsung. Tidak perlu transit segala rupa,” terangnya.
Alasan harus transit ungkap dia, lagi-lagi karena terbentur kendala landas pacu yang masih 2.500 meter. Padahal persyaratannya harus 3.000 meter landas pacunya sehingga pesawat tipe berbadan besar seperti boing 777 bisa masuk dan hanya sekali jalan. Tidak seperti ini pesawat kecil dan harus transit pula.
”Sebenarnya bisa langsung dengan catatan landas pacu 3.000 meter dapat selesai dan kapasitas avtur memadai serta pesawat 777 pun jadi bisa landing dan langsung ke jeddah atau riyadh. Jadi saya tegaskan, landas pacu 2.500 terlalu dipaksakan sehingga bisa dioperasionalkan untuk haji tetapi harus transit dan pesawat yang digunakan pun tipe berbadan kecil,” ungkapnya.