NGAMPRAH – Di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) ternyata masih ada ditemukan masyarakat yang mengalami gizi buruk.
Kepala Dinas Kesehatan KBB Hermawan Widjajanto mengakui, sejak 2017 lalu tercatat ada 27 kasus gizi buruk yang menimpa bayi di bawah lima tahun. Bahkan, 1 di antaranya meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit.
“Kasus ini menimpa bayi asal Parongpong. Memang ada penyakit bawaan yang dideritanya hingga dia meninggal di RS Hasan Sadikin Bandung,” katanya di Ngamprah, kemarin (26/3).
Dia menjelaskan, kasus gizi buruk disebabkan dua faktor utama, yakni kurangnya asupan gizi dan penyakit penyerta. Untuk kasus pertama, bisa dipulihkan dengan memberi asupan gizi yang cukup. Namun, untuk kasus kedua, asupan gizi saja tidak cukup, tetapi harus disertai perawatan intensif.
Penderita dinyatakan kurang gizi didasarkan pada Indeks Antropometri dengan menghitung perbandingan antara panjang dan berat badan bayi. Dari perhitungan ini, akan diketahui status gizi dari bayi tersebut dengan mengacu pada tabel yang ada.
“Tabelnya ada dalam satu buku. Dari sana, bisa ditentukan bayi dalam status kurang gizi (sangat kurus), kurus, normal, dan gemuk,” tuturnya.
Dari 27 kasus gizi buruk di KBB pada 2017, lanjut dia, paling banyak ditemukan di wilayah selatan KBB, seperti Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga. Setelah menjalani pemulihan selama beberapa bulan, kondisi sejumlah bayi tersebut menunjukkan perkembangan.
Meski demikian, kasus gizi buruk di Bandung Barat cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah kasus ini hanya 0,02 persen dari total balita di KBB yang mencapai 136.735 orang.
Untuk meminimalisasi kasus gizi buruk, Dinas Kesehatan tak hanya melakukan upaya pemulihan kepada penderita. Namun, juga memberikan bimbingan kepada para orangtua agar memberi asupan gizi yang mencukupi bagi anak mereka.
“Karena selain faktor ekonomi, gizi buruk bisa juga disebabkan oleh minimnya pemahaman orangtua terhadap kondisi kesehatan anak,” katanya.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan petugas kesehatan di setiap desa untuk memantau kesehatan setiap balita. Jika ditemukan balita dengan gejala gizi buruk, petugas kesehatan akan melaporkannya ke Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti.