Adanya berita terkait bentrok antar warga dan pengembang, Solihin menilai hal tersebut wajar. Karena ada masyarakat yang ingin rumahnya segera dibangun. Sementara di lain sisi ada yang tidak setuju. “Yang satu ingin segera menghuni bangunan yang disediakan pemerkntah sementara ada juga yang kurang berkenan sampai saat ini,” jelasnya.
Dia juga menilai adanya pro dan krontra terhadap pembagunan ruamh deret tersebut mungkin kurang berkenan. Karena penjelasan sosialisasi harus lebih ditingkatkan disana. Harus dijelaskan lebih detil kalau mereka nanti dibangun perumahan disana keuntungan yang akan diperoleh.
“Tetapi di lain sisi mereka juga harus melaksanakan pendekatan yang manusiawi dengan pemilik rumah yang sampai dengan saat ini masih agak keberatan untuk dibongkar rumahnya,” terangnya.
Sebut dia, warga yang belum setuju sekitar 15 bangunan. Lebih sedikit dari yang setuju. Tapi kata dia Pemerintah tetap harus menghargai mereka. Walaupun tanahnya milik kota Bandung. ”Jangankan dipindahkan rumahnya, dialihkan tempat tidur, boboko sok hararese. Apalagi ini rumah. Tapi kan setelah ngalih kan betah we, komo lingkungana. Tidak dipaksa. Negosisasi. Kalau dipaksa semuanya tidak setuju. Sebagian besar setuju. Kita mengayomi masyarakat,” pungkasnya. (pan/ign)