”Itu yang kita dorong karena yang tahu potensi ya guru itu sendiri. Dalam mengajar siswanya ya guru itu sendiri yang tahu karakter siswanya,” ujarnya.
Dikatakan Cucu, pihaknya membuat model atau kanal tersebut bukan tanpa alasan. Dirinya menilai kurikulum yang sudah diatur pemerintah seolah mendikte guru dalam proses mengajar dan terkesan menjadi sebuah intervensi. Padahal, setiap guru di masing-masing daerah tentunya memiliki kapasitas tersendiri sesuai dengan kondisional sekolah tersebut.
”Jadi di negeri ini tidak bisa main flat karena semua guru punya potensi dan potensi-potensi ini setelah kita eksplorasi itu luar biasa berkembang,” ujarnya lagi.
Menurutnya, hal tersebut menjadi alasan bagi IGI Jawa Barat untuk mencari sebuah model di dalam updaya memberdayakan. Dengan adanya kanal tersebut, guru diberdayakan di dalam metode pembelajaran dengan mengeksplorasi potensi yang dimiliki masing-masing untuk kemudian disebarluaskan.
”Dari hasil TOT ini ke depan guru-guru juga bisa melatih guru-guru lain mulai dari lingkaran perkotaan sampai ke pelosok,” kata dia. (mg2/rie)