DI era sosial media saat ini, siapa pun mempunyai kesempatan yang sama dalam membuat, melihat dan juga menanggapi sebuah informasi. Siapa pun yang terhubung dalam jejaring ini mampu berinteraksi secara dua arah. Saling berbagi informasi saat ini menjadi hal yang sangat mudah. Semakin banyak orang berinteraksi memungkinkan terjadinya komunikasi antar satu sama lainnya. Chat atau ngobrol dalam bentuk teks, gambar ataupun video call saat ini adalah bentuk komunikasi modern yang tengah digandrungi.
Namun, tingginya berbagi informasi saat ini tidak diimbangi dengan perilaku dalam etika berkomunikasi. Banyak pengguna sosial media baru memahami penggunaan dari tool (gadget, software) sebatas menggunakan saja, dengan tidak diimbangi dengan ilmu-ilmu etika dalam berinteraksi di sosial media tersebut. Tingginya laju teknologi belum tentu akan meninggikan pula nilai-nilai dalam komunikasi (good communication). Hal ini harus menjadi sorotan penting, terutama dalam dunia pendidikan. Membudayakan berkomunikasi dengan baik akan mengantarkan kepada perilaku-perilaku yang sesuai dengan norma-norma dalam pendidikan karakter saat ini.
Saat ini tengah mewabah yang bernama hoax atau berita bohong. Berita bohong yang saat ini begitu meresahkan, telah menjadi “noda” dalam etika berkomunikasi saat ini, terutama dalam lingkup pendidikan. Tersebarnya berita hoax menjadi musuh tersendiri dalam tatanan komunikasi saat ini. Sudah banyak yang lebih mempercayai berita hoax daripada berita yang sebenarnya.
Tidak jarang berita hoax dijadikan untuk mendongkrak kepopuleran satu hal. Selama berita tersebut tidak diketahui sebagai berita hoax, maka tidak akan berefek apa-apa, malah sebaliknya akan menjadikan kepopuleran tersebut terus meningkat. Namun, perlu di ingat ada pepatah mengatakan ”sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, pasti akan diketahui juga,” intinya berita populer karena berita bohong hanya sesaat, selebihnya adalah kehancuran citra sendiri.
Sebuah lembaga pendidikan harus menjadikan media sebagai partner dalam menyampaikan informasi mengenai lembaganya ke khalayak umum, baik itu media cetak maupun elektronik. Sekolah wajib membangun citra positif di mata masyarakat. Citra positif harus terus dibangun, dengan jalan menorehkan berbagai macam prestasi baik akademik ataupun non-akademik. Satu hal yang penting saat torehan prestasi tersebut diperoleh, wajib untuk diketahui oleh customer pendidikan itu sendiri melalui media, istilah sekarang di sebutkan dengan ‘viral’. Sampaikan dan beritakan berbagai macam hal yang bersifat baik dan dimiliki oleh sekolah. Hal ini akan menjadi nilai tersendiri, asalkan jangan sampai memberitakan berita bohong atau hoax.