Jadikan Sekolah Sebagai Taman Siswa

Dijelaskan Maman, 5 negara paling tinggi minat bacanya adalah negara paling bahagia di dunia, yakni Islandia, Finlandia, Swiss, Norwegia dan Denmark. ”Orang Indonesia rata-rata baca buku setahun 1 sampai 2 buku. Di Finlandia rata-rata 30 buku per orang. Mereka negara paling bahagia. Allah sudah kasih firman, kalau mau bahagia itu Iqra dan Al Qolam. Yang mempelajari itu negara lain,” urainya.

Kalau baca buku ‘Teach from Finland’, kenapa di sana paling iqro ? Jawabannya satu, kami belajar dari Indonesia. Apa yang kalian pelajari? Cara pendidikan Indonesia yang asli. Apa itu? Ki Hajar Dewantara, Taman Siswa.

”Sekolah itu taman, bukan tempat pemaksaan kehendak. Anak-anak diajak bermain. Tidak boleh ada yang tinggal kelas sampai kelas 6. Apa sih kunci Taman Siswa ? Ada 3 hal yang tidak akan ditolak oleh anak, story telling atau mendongeng, bermain dan kasih hadiah,” urainya lagi.

Selain kajian budaya, kriminologi dan literasi. Diskusi tersebut juga diperkaya oleh pandangan Yuli Badawi yang mengetengahkan pengalaman praktis dalam membesarkan anak-anak asuhnya. Selain empat anak kandungnya, Yuli membesarkan puluhan anak asuh. Sebagian besar dia rawat dari bayi nol bulan. Ada yang orang tuanya pemulung. Ada anak yang tak diharapkan karena ibunya diperkosa. Ada juga yang ditinggalkan begitu saja.

”Semua anak saya terima dengan kegembiraan yang sama seperti ketika saya melahirkan. Saya mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana dicontohkan Ibu Een Sukaesih. Memang kunci utama pendidikan, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah adalah kasih sayang,” tutur Yuli.

Berdasarkan penjelasan ketiga narasumber serta diskusi dengan para audiens, semua sepakat bahwa akar masalah kekerasan di sekolah maupun di rumah adalah kurangnya sentuhan kasih sayang kepada anak serta rendahnya budaya literasi. Untuk itu forum menyepakati agar pendidikan berbasis kasih sayang sebagaimana dicontohkan Sang Guru Qolbu Een Sukaesih serta budaya literasi, terus dikembangkan. Aktualisasinya antara lain dengan menjadikan sekolah sebagai Taman Siswa.

”Ini forum luar biasa. Walaupun pelaksanaannya sederhana tapi manfaatnya besar untuk menghantarkan generasi penerus bangsa kita jauh lebih berkualitas dan berakhlaq mulia karena diberikan sentuhan kasih sayang serta senang membaca dan menulis,” ungkap Herman Suryatman, penggagas sekaligus pembina Paguyuban Motekar dan Yayasan Al Barokah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan