BANDUNG – Harga beras dipasaran tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah yakni Rp 12.950 per kilogram untuk premium, dan medium Rp 9.450 per kilogram.
Faktanya di lapangan harga bervariasi. Untuk menelusuri hal itu wartawan Jabar Ekspres langsung membeli beras dari pasar Sadang Serang. Harga di lapangan untuk beras kualitas premium rata-rata dijual dengan harga Rp 13-15 Ribu per kilogram, dan untuk medium Rp 11 Ribu hingga Rp 11.500 per kilogram.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Kadispangtan) kota Bandung Elly Wasliah mebenarkan adanya fluktuasi kenaikan harga antara HET dengan lapangan berkisar 18 persen per kilogramnya. ”Kenaikan harganya sudah mencapai 18 persen per kilogramnya. Sudah di atas yang kita tentukan sekitar 10 persen,” kata Elly Wasliah dikonfirmasi Jabar Ekpres kemarin (6/2).
Untuk menekan kenaikan harga tersebut, pihaknya menggelar Oprasi Pasar Murah (OPM) yang bekerjasama dengan Bulog. Dalam OPM kali ini pemerintah menyediakan jenis beras medium dengan harga Rp 8.200 per kilogram yang bisa dibeli minimal Lima kilogarm dan maksimal 15 kilogram.
”Beras ini khusus untuk warga kota Bandung, tapi kalau ada sisa warga luar kota Bandung juga boleh. Yang jelas, tidak boleh untuk pedagang. Tidak boleh juga diperjualbelikan,” jelasnya.
Elly meyebutkan untuk setiap OPM, pihaknya menyediakan Delapan ton persatu titik. Dalam sekali OPM pihaknya meyediakan Tiga titik, sehingga setiap harinya meyediakan 24 ton dalam sekali OPM. ”Untuk kota Bandung tidak perlu khawatir karena harga akan berangsur normal. Karena Februari nanti Jabar sebagai lumbung padi nasional sudah memasuki masa panen,” ujar Elly.
Namun kata dia, sejauh memasuki OPM pekan ke Empat ini harga beras di lapangan sudah mengalami penurunan walaupun belum signifikan.”Sudah ada penurunan dari Rp 11.500 jadi Rp 11. 200, walau pun turun 300 tapi sudah mulai berangsur-angsur turun,” katanya.
Sejauh ini jelas dia, semua stok beras yang didapat kota Bandung 95 persennya didapat dari luar kota Bandung, seperti pantura dan lainnya. Sedangkan untuk kota Bandung sendiri dari lahan yang dimiliki sekitar 725 hektar hanya mampu memutupi Lima persen dari kebutuhan kota Bandung yang setiap harinya membutuhkan 600 ton. ”Kita nggak bisa nambah lahan karena kita sudah masuk kota Metropolitan, yang penting mah wilayah produsen bisa memberikan stok yang aman ke kota Bandung,” tuturnya. (pan/ign)