Sementara itu, ratusan calon jemaah haji dan umrah asal Garut, Jawa Barat, mulai gundah setelah terbongkarnya kasus penipuan yang dilakukan PT Solusi Balad Lumampah (SBL). Mereka terus menanyakan kejelasan nasibnya dengan mendatangi kantor SBL cabang Garut di Jalan Guntur Melati, Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
Aida, 49, salah satu jemaah asal Tarogong Kidul, mengaku telah menyetorkan uang pendaftaran Rp 20,5 juta dan dijanjikan akan berangkat pada 8 Januari lalu. Tapi dalam praktiknya hingga kini belum ada kejelasan.
”Kata koordinator saya akan berangkat pada Februari, tapi tanggalnya belum pasti, tidak tahu ini bagaimana,” ujarnya, kemarin.
Dia mengaku, mengambil paket promo yang dibayar secara cicil dan lunas sejak Juni 2017 lalu. Bahkan, beberapa perlengkapan umrah seperti koper, kain ihram berikut seragam batik, dan lainnya telah dia terima. Namun, hingga kini proses keberangkatan ibadah umrahnya masih belum jelas.
”Katanya kalau tidak jadi berangkat uang akan kembali lagi tiga bulan mendatang, tapi ini enggak tahu sudah lebih dari tiga bulan,” ujarnya.
Hal yang sama diakui Onyas Sumiati, 61, calon jemaah asal Wanaraja ini mengaku membawa 15 orang rekannya untuk mengikuti program umrah PT SBL yang dibayar dengan cara mencicil hingga 15 kali tersebut. ”Saya sudah malu sama calon jemaah lainnya yang mulai menanyakan kepada saya. Padahal saya sendiri korban,” kata dia.
Kondisi gundah mereka cukup dimaklumi, apalagi hingga hingga kini, setelah pemberitaan kasus penipuan PT SBL terkuak, pihak perusahaan belum memberikan penjelasan secara pasti.
Kondisi yang sama juga terjadi di Bekasi. Jamaah SBL mendatangi Kantor Cabang Kota Bekasi untuk mencari informasi kepastian nasib mereka. Mereka berdatangan ker kantor Cabang PT SBL Kota Bekasi terletak di Ruko Bekasi Town Square (BTS) Blok G-29 Jalan Cut Mutia, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur.
Salah satu Jamaah Umroh, Senipur, 59, mengaku kaget setelah mendapat kabar bahwa PT SBL merupakan travel umrah abal-abal. Dia sangat sedih karena keinginannya untuk berangkat umrah harus tertunda.
”Kaget bukan main saya, ibarat anak kecil saya nangis tersedu-sedu karena saya ingin benar-benar bisa berangkat (umrah),” katanya.