Iwa memparkan jika batik saat ini sudah mulai disukai negara lain seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Karena mulai banyak penggemar itulah, sehingga pihaknya merasa perlu untuk memicu para pebatik. Dia berharap ke depan mampu melakukan pola pemasaran termasuk baran image ke dunia Internasional melalui media sosial dan juga beberapa media lainnya dengan cara-cara yang baik.
”Ini barangkali yang perlu kita tekankan, sehingga seluruh dunia bisa akses. Dengan tidak ada jarak cukup dalam hitungan detik bisa mengetahui. Ini barangkali untuk bisa memasarkan ke depan ke dunia internasional dengan berbagai media sosial,” ungkapnya.
CEO maxxindo Desay Savitifi selaku peyelenggaran meyebutkan untuk kali ini, pameran batik mengakat batik tulis sebagai brand ambasador. ”Karena kita ingin mengedukasi pada masyarakat, mana yang batik mana yang bukan. Mana yang harus diapresiasi dan mana yang bukan. Sehingga kita tahu mana yang harus kita beli. Sehingga kita juga bisa ikut meningkat perekonomian khususnya perajin batik,” terang Desay.
Dia meyebutkan dari sepanjang tahun 2017 diadakan pameran batik salalu mencapai target Rp 10 Miliar lebih. ”Target ini kita Rp 10 Miliar juga tapi mudah-mudaan bisa lebih,” ucapnya. (pan/ign)