Jakarta – Ketua Korbid Pemenangan Pemilu Indonesia I Partai Golkar Nusron Wahid menyatakan, Partai Golkar telah memutuskan pencalonan Ketua DPD I Golkar Jabar Dedi Mulyadi sebagai calon di Pilgub Jabar. Keputusan itu diambil dalam rapat tim pilkada yang berlangsung di DPP Partai Golkar, kemarin.
”Jawa Barat kita sudah putuskan mendukung Dedi Mulyadi untuk menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur sudah fix,” kata Nusron.
Menurut Nusron, komunikasi terkait pencalonan Dedi juga langsung dilakukan. Partai Golkar memberikan tenggat hingga hari pertama pendaftaran calon atau 8 Januari 2018, agar Dedi menentukan koalisi, apakah akan maju sebagai gubernur atau wakil gubernur.
”Pokoknya tanggal 8 Januari pasti sudah ada hasilnya,” katanya. Dalam hal ini, Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid membuka peluang duet Dedi dengan mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan, yang menjadi salah satu kandidat PDIP.
Sementara itu, teka-teki terkait sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam kontestasi Pilkada Jawa Barat semakin mengerucut. Partai berlambang kepala banteng itu mengisyaratkan akan bergabung dengan Golkar yang baru saja mencabut dukungannya dari Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menuturkan, potensi terjadinya koalisi dengan Golkar sangat terbuka. Mengingat ada semangat yang sama antara PDIP dengan Golkar yang kini ada dibawah kepemimpinan Airlangga Hartarto dalam hal Pilgub Jabar.
Bahkan, lanjutnya, saat ini komunikasi antar kedua partai terjadi. Bukan hanya di pusat, tapi juga di level provinsi dan Kabupaten/Kota. ”Bahkan saya bersama Pak Utut (Utut Adianto, Red) ditugaskan untuk bertemu bapak Airlangga untuk membahas hal tersebut,” ujarnya di Hotel Acacia, Jakarta, kemarin (21/12).
Diakuinya, akan sangat positif, jika sesama partai pendukung pemerintah bisa memperkuat kerjasamanya hingga tingkat daerah. ”Akan memperkuat dan memperbesar peluang untuk bisa memenangkan pilkada di Jabar,” imbuhnya.
Terkait apakah PDIP yang mengusung cagub atau cawagub, itu bergantung pada hasil komunikasi. Dia mengatakan, PDIP memiliki nama yang tengah digodok.
Hasto mengatakan PDIP memiliki tradisi untuk memajukan kadernya. Hanya saja, tidak menutup kemungkinan juga untuk mendorong tokoh dari luar selama memiliki kapasitas yang mumpuni.