Si Miskin dan Pilgub

Oleh Dadang Kusnandar

Penulis lepas, tinggal di Cirebon

SETIAP kali menjelang pemilihan kepala daerah, setiap kali pula kita dihadapkan pada deretan nama bakal calon kepala daerah yang sebagian besar dikenal. Awal yang bagus karena bakal calon tidak perlu repot memperkenalkan diri. Terlebih mereka adalah artis, baik dari dunia entertaint maupun dari panggung politik.  Artis dan politisi sejak Pemilu legislatif 1977 direkrut sebagai bakal caleg setelah pada pemilu sebelumnya menjadi juru kampanye dan atau penghibur kampanye. Sejak itulah politisi mulai pandai menggunakan gincu, dan artis pandai berpolitik. Keduanya bersimbiosa memerankan diri di tengah dua dunia yang sama-sama kesohor itu.

Dalam bahasa biologi, simbiosa berarti hidup bersama antara dua organisme yang berbeda. Maka jenis simbiosa  pun  ada yang merugikan salah satu organisme dan ada yang saling menguntungkan. Begitulah simbiosa antara artis dan politisi dapat masuk pada dua jenis simbiosa di atas. Akan tetapi maraknya dunia hiburan memungkinkan politisi menjadi artis, dan sebaliknya politik memberi ruang semakin lebar kepada artis. Bahkan beberapa artis menjadi kepala daerah. Beberapa orang artis yang sudah menjadi anggota DPR RI pun berkeinginan menjadi kepala daerah. Pilkada dengan demikian semakin terbuka bagi siapa saja, bagi profesi apa saja, sepanjang ia memenuhi persyaratan yang ditetapkan KPU.

Pilgub Jawa Barat 2018 tak lama lagi digelar. Artis sibuk memoles gincu, politisi sibuk memperbaiki citra, aktivis anti korupsi dan anti kekerasan sibuk menata diri, petinggi kepolisian aktif berkunjung ke beberapa kantong suara,  mantan bupati merasa terpanggil hendak jadi gubernur, serta incumbent yang ingin manggung kembali. Kesibukan nan luar biasa ini mengingatkan pada pesan Che Guevara sebagai berikut:  Andaikan aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.

Tinggalkan Balasan