”Alas jembatan dibuatkan papan. Biar bisa dilewati motor. Sayang, tidak tahan lama. Papannya mudah keropos,” kata Memed.
Memed mengungkapkan, aktivitas warga banyak terhambat. Anak-anak sekolah terpaksa pergi melewati jalan lain dengan jarak tempuh yang jauh. Padahal, jika melewati jembatan hanya 2 kilometer saja. ”Kalau ngelilingi lewat jalan lain, bisa empat kilometeran,” jelasnya.
Hal itu berdampak pada perekonomian warga. Transportasi menjadi mahal. Ongkos anak-anak sekolah bertambah. ”Bensin bertambah. Akses silaturahmi warga terhambat. Apalagi, jembatan ini tidak ada listriknya,” jelasnya lagi.
Pihaknya sangat senang dengan adanya bantuan PLN. Dia akan mengerahkan warga untuk bahu membahu menyelesaikan pembangunan jembatan agar bisa selesai dengan cepat dan bisa segera digunakan. (and/rie)