jabarekspres.com, JAKARTA – Penerapan e-money semakin luas. Setelah dilakukan percobaan beberapa waktu, hari ini masuk tol di seluruh Indonesia pun harus menggunakan transaksi elektronik. 99 persen gerbang tol di Indonesia diklaim sudah bisa melayani pembayaran nontunai ini.
Vice President Operations Management PT Jasa Marga Raddy R Lukman menuturkan bahwa untuk mencapai 100 persen pelayanan transaksi non tunai, ada beberapa hal yang akan diupayakan. ”Salah satu upayanya adalah mengubah gardu tol hybrid menjadi gardu semi otomatis,” katanya. Artinya di beberapa tempat masih ada petugas yang akan membantu jika mengalami kesulitan.
Kesulitan yang biasanya menghambat adalah mengenai kurangnya saldo pada uang atau kartu yang rusak. Petugas di pintu tol, menurut Raddy, akan membantu. ”Kami juga tengah menawarkan dari pihak Himbara (himpunan bank negara, Red) untuk menyediakan top up di beberapa wilayah di area tol. Kami sudah ada tempat di beberapa titik,” ujarnya dalam acara Froum Merdeka Barat 9 di Jakarta kemarin (30/10). Namun Raddy menyarankan agar masyarakat rajin untuk sering mengecek saldo e-tolnya.
Ditemui di tempat terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengakui bahwa transformasi cash menjadi cashless bukanlah hal mudah yang bisa sekali jadi. Karena itu juga, pada pelaksanaan pembayarakan tol nontunai hari ini, pihak BUJT masih akan menyediakan gardu hybrid yang melayani pembayaran dengan nontunai maupun tunai.
Basuki mengatakan, nantinya, setiap gerbang tol akan menyiapkan satu gardu hybrid. Minggu lalu, kata Basuki, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI). ”Mungkin sekarang ini masih butuh adaptasi. Jadi tetap ada gardu untuk bayar cash. Satu saja. Semua gerbang tol juga tetap harus ada penjaganya,” kata Basuki kepada wartawan saat ditemui di kantor Kementerian PUPR kemarin (30/10).
Menurutnya, masyarakat masih perlu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Langkah ini juga diambil sebagai tanggapan dari aspirasi YLKI dan lembaga konsumen lainnya yang menilai masyarakat masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi. ”Mengubah kebiasaan orang itu kan enggak sakdeg saknyet. Enggak bisa langsung putus jebret. Ini kan perubahan sosial,” kata Basuki.