JIPO Innovation Award Dimulai November 2017

Oleh karena itu, penamaan inovasi dan pembuatan pro­posal menjadi fokus utama. Dengan adanya kompetisi yang digelar JIPO, diharapkan OPD dan pemerintah kabu­paten/kota lebih mampu memberi nama inovasi. Pem­buatan proposal lebih mena­rik lagi. Tidak kalah penting adalah dampak pelayanan publik makin terasa bagi ma­syarakat. ”Harus eye catching dalam mengemasnya. Itu penilaian penting,” tegasnya.

Dari hasil pengamatannya, penamaan program yang condong kepada bahasa dae­rah, jadi penilaian krusial oleh tim juri di Kemenpan-RB. Pihaknya tidak memungkiri penamaan layanan berdasar pada kedaerahan sudah sangat tepat. Hanya saja, ka­rena inovasi tersebut berada pada level nasional, tim juri sepertinya lebih memilih pe­namaan yang bersifat umum. Bukan kedaerahan.

”Misalnya saja nama layanan KPK Peluk Kebo dari DKI Ja­karta. Atau Pantasi Mart dari Kabupaten Sumedang. Nama-nama itu sepertinya lebih disukai tim penilai dibanding nama yang condong kesun­daan,” ulasnya.

Suhendrik mengatakan, Innovation Award sudah di­gencarkan sejak 15 tahun lalu oleh The Jawa Pos Insti­tute of Pro Otonomi (JPIP) di Jawa Timur. Berbarengan dengan lahirnya era otonomi daerah. Keberadaan JIPO —di bawah supervisi JPIP, tergerak memiliki tekad yang kuat un­tuk menjadikan Jawa Barat sebagai role model layanan inovasi publik secara nasional.

Wawan Sobari, dosen FISIP Universitas Brawijaya yang juga Supervisor JIPO, mengungkap­kan, kompetisi ini bisa menjadi pintu masuk bagi lembaga-lembaga bantuan internasional masuk ke Jawa Barat. Selama ini, sejumlah lembaga tersebut sudah mau memberikan bantuannya ke Jawa Timur.

”Ini pintu masuk. Sebab, di Jawa Barat baru sedikit lem­baga yang masuk. Dan itu pun melalui perantara orang lain. Tidak langsung bersentuhan dengan lembaga yang bersang­kutan,” papar pria yang juga peneliti JPIP ini. (and/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan