jabarekspres.com, Bandung – Ribuan santri perwakilan dari berbagai pesantren di Jawa Barat berkumpul di Halaman Masjid Raya Bandung sebagai peringatan puncak Hari Santri Nasional (HSN) 2017.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, pesantren merupakan suatu sistem pendidikan khas Indonesia lantaran memiliki ‘role model’ paket pendidikan yang lengkap. Di pesantren, kata dia, santri diberi penguasaan dua basis ilmu sekaligus yakni, Ulum yang mengajarkan Keimanan dan Ketakwaan (Imtak) serta Funun atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
”Keunggulan imani akan lebih mantap bila didukung keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Aher sapaan Ahmad Heryawan, kemarin (26/10).
Dikatakatan Aher, dua hal tersebut menjadikan pesantren mampu menghasilkan karakter manusia yang seimbang dan bijaksana. Sebab, lanjut dia, Islam adalah agama keseimbangan, kesejahteraan dan juga kerohanian. ”Islam adalah agama yang mengajak umatnya untuk sukses dunia dan akhirat,” ujarnya.
Menurutnya, untuk membangun sebuah pribadi yang sempurna tidak cukup hanya dilandasi dengan kemajuan materi saja. Tapi juga harus dilandasi dengan kemajuan nurani sehingga dapat menghadirkan kemajuan yang utuh baik secara fisik maupun moral.
”Kemajuan yang kita inginkan adalah kemajuan yang utuh materinya, maju pembangunan fisiknya, maju di saat yang sama moralnya jiwanya juga maju. Itulah peradaban kemajuan yang kita inginkan,” urainya.
Dalam puncak peringatan HSN 2107 tersebut, Aher mengajak para ulama dan santri yang ada saat ini untuk menghadirkan nuansa kehidupan yang berorientasi pada kehidupan dunia dan akhirat secara bersamaan. Hal tersebut, merupakan sebuah penghargaan atas sejarah yang dilakukan para ulama dan santri terdahulu.
”Mari kita hadirkan nuansa santri dan nuansa kehidupan yang berorientasi pada kehidupan yang utuh dunia dan akhirat sekaligus untuk menjadikan sebuah nuansa kehidupan nasional, kehidupan berbangsa dan tanah air kita,” kata dia.
Sementera itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung, Yossi Irianto melepas pawai santri yang diikuti 1.789 orang. Mereka diangkut menggunakan 174 delman yang dipimpin kereta kencana.
Para santri tersebut dilepas dari Pesantren Sirnamiskin Jalan Wachid Hasyim (Kopo) itu juga berjalan dengan diiringi dengan sembilan santri yang naik sembilan kuda. Mereka didampingi ulama dan ustaz serta orang tua santri.