Bertemu Padewakang, ’’Ibu Kandung’’ Pinisi, di Belgia

Seiring berjalannya waktu, panjang kapal menjadi 9 meter dan sebutannya berganti menjadi patorani. Fungsi dan daya jelajahnya pun berubah. Dari semula hanya untuk mencari ikan rambe di pesisir, berganti menjadi pemburu ikan terbang yang kian menjauh dari pantai. ’’Daya jangkaunya sudah sampai ke Laut Jawa,’’ tuturnya.

Saat panjangnya bertambah mencapai 15 meter, sebutan patorani pun ditinggalkan. Berganti menjadi padewakang.

Menurut Liebner, padewakang merupakan kapal perahu dagang jarak jauh asli Indonesia sebelum pinisi lahir. Kapal itu sudah mengarungi laut sampai ke Australia, Malaysia, serta Filipina.

Bahkan, ada tulisan yang menyebutkan bajak laut di Persia juga menggunakan kapal padewakang. ’’Sebelum kapal padewakang, sejatinya sudah ada kapal-kapal dagang yang dibuat di Indonesia. Namun, desainnya sudah terpengaruh kapal-kapal dari Eropa,’’ katanya.

Siang terus beranjak di Liege. Suara dok, dok, dok pun terus bergaung dari ruang belakang Museum La Boverie itu. Usman, Bahri, dan Ali pun harus berkejaran dengan waktu di hari-hari tersisa.

Selasa pekan depan (24/10), kapal nan gagah hasil kerja keras mereka tersebut dipajang di ruangan itu juga. Disaksikan ratusan hingga ribuan pasang mata pengunjung.

’’Kami sengaja memasang di ruang bagian akhir dari arena pameran. Supaya pengunjung langsung terbelalak dan bilang wow…,’’ tuturnya sambil memperagakan ekspresi orang terkesima. (*/c5/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan