Bangkitkan Industri Dirgantara Nasional

Dengan CAD, tidak ada meja gambar, tidak ada pula coret-coret dan kertas yang berserakan. Insinyur tinggal melakukan input, mengubah, dan menghapus nilai serta variabel sesuai dengan keinginan. Metode ini menghemat waktu, uang, dan tenaga.

Perhitungannya juga lebih presisi. Tinggal dites di dunia nyata. Menurut Nanang, dulu produksi CN-235 masih memakai drawing board. Pada masa N-250, 50 persen desain sudah menggunakan komputer. ’’Tapi, separonya lagi masih pakai gambar manual,’’ ungkapnya.

Segera setelah tim aerodinamika selesai dengan bentuk N-219, model ditransfer ke Nanang dan tim struktur. Ada yang bertugas menganalisis dan ada yang bertugas mendesain. Ukuran kabinnya demikian besar untuk pesawat turboprop bermesin ganda. Tantangan terbesar adalah mewujudkan susunan kerangka dan kulit yang serbaringan, tapi kuat.

Amanat dari desain cukup berat. Luas kabin meliputi lebar 1,58 meter dan tinggi 1,705 meter. Tambah dua bagasi berkapasitas 130 kg di depan dan 475 kg di belakang. Namun, berat maksimum take off (maximum take off weight/MTOW) tidak boleh lebih dari 7 ton. Berat 2,3 ton untuk muatan dan 1,6 lainnya ton untuk bahan bakar. Artinya, mereka harus membuat keseluruhan berat pesawat, mulai bodi, mesin, roda pendaratan, sampai semua sistemnya, tidak boleh terlalu jauh melampaui 4 ton.

Untuk mencapai amanat tersebut, Nanang menganalisis, pesawat sekelas N-219 ditujukan untuk menemukan kunci kompromi antara kekuatan dan keringanan. ’’Kita pakai dua pendekatan, komunaliti dan analitis. Ambil contoh dari pesawat lain yang sejenis, kemudian dianalisis,’’ jelasnya.

Untuk menyusun satu unit N-219, Nanang membutuhkan 10 ribu lembar aluminium. Disatukan dengan ribuan baut dan mur.

Herlambang dari divisi analisis struktur mengungkapkan bahwa N-219 akan menjalani serangkaian tes kekuatan struktur. Mulai tes tekanan (stress), kelelahan (fatigue), dan getaran (flutter). ’’Ada dua, tes statis saat pesawat diam, dan tes dengan beban dinamis ketika terbang,’’ imbuh Herlambang.

Di atas kertas, N-219 diperkirakan mengalami fatigue setelah 30 ribu flight cycle dan akan bergetar keras (flutting) ketika memasuki kecepatan 340 km per jam. Badan N-219 bisa menahan benturan saat pendaratan keras hingga 6 kaki per detik ke bawah dan 9 kaki per detik tekanan ke depan. Saat tes penjatuhan (drop test), roda pendaratan N-219 bisa menahan benturan hingga 7 kaki per detik. (tau/c5/oki/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan