Empat Penerima Satyalancana Wirakarya

”Dalam artian stakeholder yang lain, apakah perusahaan-perusahaan susu termasuk dengan Pemerintah. Kita ‘welcome’ dengan semua kerja sama, selama itu menguntungkan KPBS dan anggotanya. Contohnya kita punya peternakan koloni sapi yang satu kandang 300 ekor, itu dimiliki oleh koperasi,” tutur Aun.

Aun mengaku, KPBS Pangalengan merupakan satu-satunya koperasi peternak susu di Indonesia yang memiliki produk turunan dari susu. Seperti keju, butter, yoghurt, wiping cream, dan susu pasterisasi. Bisnis ini terus berkembang maju selama lima tahun ini. Hal tersebut menandakan bahwa KPBS Pangalengan tidak bergantung pada industri besar, namun produksi susunya juga diolah secara mandiri.

”Jadi susunya tidak hanya dikirim ke perusahaan besar, namun juga kita produksi sendiri, kita olah sendiri,” tutur Aun.

Hal lain yang menjadi keunggulan koperasi ini, yaitu tidak memiliki prinsip simpan pinjam. KPBS Pangalengan memiliki Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan 99 persen kepemilikan saham sepenuhnya oleh koperasi, sehingga keuntungan BPR akan jadi milik anggota. BPR ini memiliki bunga kredit cukup rendah yakni hanya 12 persen.

Selain itu, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dimana pihak manajemen telah menerapkan sistem operasional koperasi berbasis Information Technology (IT). Sistem ini mewajibkan para peternak menyetorkan susu hasil produksinya ke kantor pusat melalui sistem aplikasi yang ada dalam gawai mereka.

”Kami didukung oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat membuat sistem Enterprises Resources Planning (ERP), dan sistem IT. Jadi, sistem komputer yang terintegrasi, yang dibantu oleh Dinas KUKM Jawa Barat,” tukas Aun.

Aun mengungkapkan selama ini Pemprov Jawa Barat juga turut membantu koperasi dalam pelatihan dan pembinaan para anggota. Namun, Aun meminta dukungan regulasi dari Pemerintah seperti untuk penyediaan lahan baik untuk kandang maupun lahan hijauan pakan ternak.

Untuk meningkatkan keuntungan anggota, KPBS Pangalengan akan terus meningkatkan penjualan produk turunan, sehingga tidak bergantung pada industri besar. Menurut Aun, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan peternak. Hingga pertengahan 2017 ini, KPBS Pangalengan beromzet Rp 270 miliar dengan total aset yang dimiliki mencapai Rp 112 miliar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan