jabarekspres.com, NGAMPRAH– Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat mendirikan 10 rumah tunggu kelahiran (RTK) bagi para ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk menekan angka kematian ibu dan anak saat akan melahirkan. Rumah tersebut mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil menuju proses melahirkan. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Pupu Sari Rohayati belum lama ini.
Pupu menyebutkan, 10 RTK tersebut tersebar di sejumlah kecamatan. Rumah tersebut berada di dekat instansi kesehatan, seperti klinik, puskesmas, ataupun rumah sakit. “Di tahun ini kita dirikan RTK agar pelayanan kepada ibu hamil lebih cepat dan memberikan keselamatan bagi para ibu hamil. Jarak RTK menuju tempat pelayanan kesehatan hanya sekitar 10 menit, sehingga penanganan ibu hamil yang akan melahirkan bisa dilakukan dengan cepat,” kata Pupu.
Saat ini, sejumlah RTK sudah ada di beberapa desa pelosok, di antaranya Desa Cirawamekar dan Sumurbandung (Cipatat), Jayamekar (Padalarang), Galanggang (Batujajar), Singajaya (Cihampelas), Jatimekar (Cipeundeuy) dan Bojongsalam (Rongga).
Selain itu, 12 RTK lainnya kini tengah dalam proses pendirian. Para ibu hamil yang akan melahirkan nantinya dijemput petugas kesehatan setempat menuju RTK. Mereka bisa menempati RTK hingga menuju proses melahirkan. Pemerintah menyediakan akomodasi bagi seorang pendamping ibu hamil dan menanggung biaya konsumsi maksimal selama lima hari.
“Jika waktu kelahiran sudah dekat, ibu tersebut akan dibawa ke instansi kesehatan yang waktu tempuhnya hanya 10 menit dari RTK. Jika perlu dirujuk ke rumah sakit, pemerintah juga akan menanggung biaya transportasinya,” ujar Pupu.
Sejak didirikan, RTK mendapatkan antusiasme masyarakat. Keberadaan RTK membantu pelayanan persalinan lebih cepat. Pupu mengungkapkan, RTK merupakan bagian dari program Jaminan Persalinan. Sementara biaya persalinan ditanggung pemerintah melalui Kartu Indonesia Sehat, BPJS Kesehatan, dan Jamkesda.
Lebih jauh dia menambahkan, keberadaan RTK diharapkan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi di KBB yang masih tergolong tinggi. Tahun 2016, tercatat 24 kematian ibu dan 94 kematian bayi dari 21.507 kelahiran hidup. Sementara pada 2015, tercatat 40 kematian ibu dan 112 kematian bayi dari 28.380 kelahiran hidup. “Target kita angka kematian ibu dan anak ini harusnya tidak ada. Termasuk tahun ini kita upayakan tidak ada lagi kematian ibu,” pungkasnya. (drx)