“Asuransi dan modal usaha kepada bumdes, merupakan kerjasama antara Menteri Pertanian dengan PT. Jasindo,” ujarnya.
Cucun mengaku, bahwa dirinya sangat mengapresiasi terhadap Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaeman yang terus berusaha menjaga ketahanan pangan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung. Apalagi dirinya mendapat perintah dari Ketua DPP PKB, H. A. Muhaimin Iskandar untuk tampil paling depan memperjuangkan kesejahteraan para petani.
“Kami pun sangat mendukung pemerintah yang terus berjuang melalui keberpihakan anggaran guna memperhatikan kelompok tani. Soalnya, para petani sebagai pejuang pertanian. Kita pun berharap subsidi langsung diterima rakyat dan tak dikurangi, apalagi dihilangkan, agar bisa dirasakan langsung rakyat,” katanya.
Cucun menambahkan, di dua desa di Kecamatan Ciparay, di antaranya Desa Sumbersari ini, katanya, sudah memiliki Peraturan Desa tentang Lahan Pertanian Abadi. Artinya, lahan pertanian itu tak boleh diganggu.
“Di Desa Sumbersari itu ada sekitar 3.000 hektare lahan abdi yang tidak boleh diganggu gugat. Adanya penerapan perdes itu, menyusul Kabupaten Bandung sebagai lumbung padi di Jabar,” paparnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaeman mengaku cukup puas setelah melihat hasil panen pada bulan April hingga September ini.
Menurutnya, dari segi kualitas hasil produksi di Kecamatan Ciparay dari 1 Hektar lahan mencapai 1 juta hektar. Padahal, dulu hanya 500 ribu hektar perbulan.
Dengan begitu, di bulan kemarau ini, kita harus mengoptimalkan kembali, supaya tidak terjadi paceklik di bulan Desember, Januari dan November.Bahkan, setelah bulan Juli mencapai target, dirinya pun menginginkan pada bulan Agustus ini mencapai kembali 1 juta hektar dan bulan-bulan seterusnya.
“Sangat sederhana, sistem dan strategis yang kita bangun, Dimana bulan Juli, Agustus dan Sepetemer, tidak boleh tanam diawah 1 juta hektar. Padahal dulu puluhan tahun lalu, hanya tanam 500 ribu hektar, sedangkan, kalau tanam 500 ribu hektar dikali 6 berarti 3 juta ton dan dibagi dua menjadi 1,5 juta ton beras, padahal kebutuhan kita sebanyak 2,5 juta ton perbulannya,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan fokus tanam, sehingga luas tanam kurang lebih 1 juta hektar, kalau tanam 1 juta berarti produksinya kali 6 ton berarti 6 juta dan dibagi 2 berarti 3 juta ton produksi beras, kebutuhan perbulan sebanyak 2,6 juta ton, sehinga, setiap bulan suplus 400 ribu ton, dan tidak ada paceklik dan harga pun stabil.