Aspal Plastik untuk Jalan Nasional

jabarekspres.com, JAKARTA – Setelah Bali, akan ada tiga kota lagi yang jadi pilot project pemanfaatkan limbah plastik sebagai campuran aspal. Setelah berhasil diuji coba di Universitas Udayana, pemanfaatan limbah plastik untuk aspal juga akan diaplikasikan pada jalan nasional di Jakarta, Bekasi, dan Surabaya.

Proyek tersebut rencananya akan dilakukan pada pertengahan Agustus mendatang. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI (DKI Jakarta dan Jabar) dan BBPJN VIII (Jawa Timur) saat ini tengah melakukan persiapannya sehingga proyek tersebut dapat segera dimulai.

Kepala BBPJN VI Atyanto Busono menuturkan, titik yang akan dijadikan lokasi baru untuk pilot project tersebut akan ditentukan pekan depan setelah dilaksanakan survei bersama antara Pusjatan dan BBPJN VI.

”Rencananya akan berlokasi di Kabupaten/Kota Bekasi. Antara batas Kabupaten Bekasi sampai dengan Kabupaten Karawang,” tutur Atyanto kepada Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) kemarin (30/7).

Menurutnya, total panjang jalan yang akan jadi pilot project itu mencapai 1,5 kilometer untuk dua lajur dengan lebar masing-masing lajur mencapai 7 meter. Ini lebih panjang ketimbang pilot project di Universitas Udayana sepanjang 700 meter yang telah dilakukan Sabtu (29/7) lalu.

Berdasarkan penelitian Balitbang Kementerian PUPR, untuk mengaspal 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, dibutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5-5 ton. Melalui keterangan resmi, Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga, mengatakan pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal tersebut merupakan salah satu solusi bagi permasalahan sampah plastik.

”Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer,” tutur Danis.

Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5-5 ton/km jalan, maka limbah plastik dapat menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190.000 kilometer. Danis enambahkan, aspal yang dihasilkan dari campuran plastik ini lebih lengket jika dibandingkan dengan aspal yang tidak menggunakan plastik sebagai campuran. Artinya, kata Danis, stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik. ”Stabilitasnya meningkat 40 persen. Ini menjadikan kinerja lebih baik lagi,” ungkap Danis.

Di Indonesia, sampah plastik menjadi salah satu masalah utama. Jumlah sampah plastik di Indonesia pada 2019 diperkirakan mencapai 9,52  juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada di dunia. Pada pertemuan G20 lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 persen hingga 2025.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan