Menurut dia, down-nya web tersebut memang membuat resah orangtua. Sebab, kemarin merupakan jelang detik-detik mempublish hasil akhir keputusan apakah anaknya masuk apa tidak di sekolah yang dituju. ”Orangtua bisa langsung cek ke laman PPDB online dan kita jamin tidak ada CPD yang dirugikan,” terangnya.
Sementara itu, orang tua dari M. Alif Kurniawan, Harry Yanto, 43, asal Hegarmanah mengaku, sempat merasa was-was karena web tidak dapat diakses. Otomatis, dia tidak bisa melihat perkembangan anaknya. ”Anak saya dari awal daftar sih sudah masuk, tapi masih was-was karena pergerakan siswanya naik turun,” katanya saat sedang memantau perkembangan anaknya di SMA 3.
Dengan web yang tidak dapat diakses dia sempat kawatir ada oknum yang memanfaat situasi dengan mengganti nama, dari yang semula tidak masuk jadi masuk. ”Makanya saya langsung cek ke sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, proses pelaksanaan PPDB 2017 tingkat SMA dan SMK Negeri di Jawa Barat menyisakan beberapa catatan evaluasi. Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar berharap tahun mendatang akan lebih baik lagi.
Kepala Disdik Jabar Ahmad Hadadi mengatakan pengumuman hasil PPDB 2017 untuk tingkat SMA dan SMK Negeri rampung terlaksana. Tercatat sementara, sebanyak 200 ribu siswa lolos dalam seleksi PPDB online di seluruh sekolah negeri di Jabar.
”Siswa yang lolos seleksi baru ter-update sekitar 200 ribuan. Jumlah finalnya sekitar hari Jumat, kami masih mengumpulkan data di lapangan,” kata Ahmad kemarin.
Dia menuturkan, pendaftaran PPDB 2017 menerapkan sistem online dan offline di setiap sekolah. Kendala teknis yang sempat terjadi pada website www.ppdb.jabarprov.go.id disebabkan adanya miss persepsi.
”Gangguan hanya miss persepsi saja. Ketika ditayangkan karena belum final, masalah belum sepakat saja. Karena data belum final jadi pengumuman ditunda,” tuturnya.
Menurut Hadadi, kendala lainnya yang terjadi selama pelaksanaan PPDB tahun ini, masyarakat masih condong memilih sekolah berstatus favorit. Akibatnya, sambung dia, menimbulkan persoalan ketika putra-putrinya tidak lolos seleksi.
”Akhirnya kan para orang tua kecewa karena anaknya enggak masuk. Karena sistem kan, jadi sesuai passing grade dan jarak. Ini yang masih jadi evaluasi kami,” ujar Ahmad.