jabarekspres.com, JAKARTA – Momen mudik sudah ada di depan mata. Mulai 23 Juni atau tujuh hari mendatang, kita akan masuk momen libur Lebaran 2017. Pada saat itulah arus mudik akan mencapai puncaknya.
Sampai kemarin (16/6), semua persiapan yang dilakukan pemerintah berjalan lancar Mayoritas ruas tol trans-Jawa dari Jakarta menuju Surabaya sudah tersambung. Meski beberapa ruas masih fungsional alias darurat.
Armada darat, laut, dan udara pun diprediksi bisa menutupi kebutuhan. Kereta api siap mengangkut 6,15 juta pemudik. Sedangkan jumlah penumpang diprediksi mencapai 6,698 juta. Kekurangan itu bisa ditutupi dari moda bus yang memiliki kapasitas 4,879 juta; sedangkan kebutuhan hanya 4,32 juta.
Demikian pula angkutan udara. Kapasitas mencapai 5,405 juta penumpang. Sedangkan jumlah penumpang diprediksi 4,729 juta orang.
Total pemudik diprediksi mencapai 19,04 juta. Pemerintah mengerahkan 167 ribu personel untuk melayani mereka. Mulai polisi, anggota TNI, tenaga medis, petugas Kementerian Perhubungan, mekanik, hingga lainnya.
”Tugas cukup berat. Tapi kita harus laksanakan dengan baik. Semua persiapan telah siap, koordinasi antar stakeholder juga sudah dilakukan intensif,” kata Menhub Budi Karya Sumadi kemarin.
Untuk memantau proses mudik, pemerintah membuat command center di lantai 7 Gedung Karsa, kantor Kemenhub. Di tempat itu, seluruh kementerian/lembaga yang ikut melakukan pelayanan dalam proses mudik menempatkan personel. Dengan monitor yang bisa memantau simpul-simpul utama arus mudik secara live, setiap permasalahan yang muncul bisa segera diketahui dan dicarikan solusi.
Khusus untuk pemudik yang menggunakan bus, Menhub Budi Karya Sumadi berpesan agar memilih bus yang berstiker biru. Itu adalah bukti bahwa bus tersebut sudah lolos ramp check. Artinya, bus layak jalan.
Dia menjelaskan, ramp check dilakukan hingga hari ini (17/6) dengan target 85-90 persen. ”Tadi (kemarin, Red) di Surabaya sudah 80 persen,” terangnya. ”Kami optimistis hampir seluruh bus selesai dicek kelaikannya,” lanjutnya.
Bus tanpa stiker biru sangat mungkin tidak lolos ramp check. Bisa juga bus itu tidak dimasukkan dalam pemeriksaan. Dengan demikian, potensi bahayanya masih tinggi. ”Kami sudah sepakat dengan kepolisian, akan kami hentikan di mana pun dia berada,” lanjut mantan Dirut Angkasa Pura II itu.