Sisi Lain Voice of Baceprot, Band Metal dengan Para Personel Berjilbab

Sedari awal mereka harus bergumul dengan larangan orang tua, kritik tetangga, dan cibiran teman. Jadilah, dari awalnya tujuh orang yang memilih ekstrakurikuler tersebut, akhirnya hanya tersisa tiga orang yang kini menjadi personel VoB.

Mereka juga harus memulai dari nol. Di antara ketiganya, paling hanya Siti yang sedari awal menunjukkan bakat ngedrum. ”Sejak kecil saya memang suka memukuli apa saja barang di sekitar saya, hehehe,” ungkap Siti.

Tapi, kemauan keras mengalahkan semua hambatan itu. Juga, berkat bimbingan Cep Ersa Ekasusila Setia, sang pembimbing ekstrakurikuler, gitar, bas, dan drum bisa mereka kuasai. ”Saya mengarahkan mereka ke instrumen masing-masing setelah melihat kecenderungan masing-masing personel,” kata Ersa ketika dihubungi di tempat terpisah.

Dari Ersa pula wawasan musik Firda, Siti, dan Wida bertambah. Mengenal beragam referensi. Mulai pendekar grunge Pearl Jam, pengusung funk Red Hot Chili Peppers, dewa metal Metallica, sampai Slipknot yang beraliran nu metal.

Penampilan pertama mereka di depan publik adalah saat Festival Musik Pelajar Se-Garut pada 2014. Hasilnya, gelar juara langsung disabet. Ketika itu, mereka masih bertujuh.

Dari sana mereka mulai memiliki kepercayaan diri untuk manggung. Juga menulis lagu yang temanya dari lingkungan keseharian.

Salah satu lagu mereka, School Revolution, misalnya, berisi curhat soal ketidakadilan di sekolah. The Enemy of Earth is You berbicara tentang ulah orang-orang yang merasa benar sendiri, padahal tindakan mereka merusak alam. Dua lagu lain karya tiga remaja yang kini duduk di SMK Insan Mandiri, Garut, itu adalah Jalan Kebenaran dan Age Oriented.

Empat lagu tersebut ditulis dengan mengombinasikan referensi musik masing-masing yang sebenarnya berbeda. Firda menggemari hiphop, Widi menyukai funk, dan Siti doyan metal. Karena itulah, mereka menyebut VoB beraliran hip metal funky.

Proses pematangan sebagai band berjalan beriringan dengan kritik dan hujatan yang juga tak henti. Apalagi ketika panggung-panggung besar mulai mereka jajal. Dan, video penampilan mereka beredar luas lewat perantara YouTube.

Pada saat media-media besar seperti Al Jazeera dan South China Morning Post bergantian menurunkan profil tentang mereka, komentar-komentar miring seperti, ”Buka saja hijabnya,” atau, “Cewek berjilbab kok main musik metal,” juga masih saja ada.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan