Dia mengaku, sempat kebingunan karena aturan baru tersebut. Sebab, belum mendapatkan mendapat inforamsi dari pengawas SMK, tentang PPDB swasta mengikuti jalur akademik. ”Meski demikian, untuk jalur peminatan sudah dibuka,” jelasnya
Wawan mengatakan, kebiasaan masyarakat baru memilih swasta setelah tidak diterima di negeri. ”Sulit untuk mengubah pola pikir begitu,” ucapnya.
Padahal, dia mengklaim sekolahnya sudah memenuhi kualitas standar farmasi. Hal ini bagi dia menjadi salah satu syarat. Sebab, farmasi berkaitan dengan melahirkan lulusan yang terampil dalam halo bat-obatan medis. ”Kami siap memberikan pendidikan sesuai dengan jurusan yang ada, dengan fasilitas yang maksimal agar menghasilkan lulusan yang bermutu,” tandasnya.
Sementara itu, kecurangan dalam proses pendaftaran peserta didik baru (PPDB) untuk tingkat SMA/SMK diprediksi masih akan terjadi mengingat banyak kepentingan dari berbagai pihak. Dengan diberlakukannya sistem online untuk PPDB nonakademik atau jalur prestasi yang sudah dibuka, seharusnya sudah tidak ada lagi kecurangan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan (Puskapol Ekbang) Kabupaten Bandung Barat Holid Nurjamil kepada Jabar Ekspres, kemarin.
Menurut Holid, dengan dikelolanya oleh provinsi, tentu penerimaan PPDB tahun ini harus berbeda dengan tahun sebelumnya. Namun, paktanya banyak laporan dugaan kecurangan yang terjadi.
”Seperti soal titip menitip siswa baik dari kalangan elit, pejabat dan orang yang punya uang masih rentan terjadi. Sehingga perlu adanya pengawasan bersama agar kecurangan tidak terjadi,” ungkapnya.
Dikatakan Holid, bila memang faktanya masih ada kecurangan di lapangan, tentu ini ada oknum yang bermain untuk memanfaatkan sistem yang sedang berjalan. Sebab, kerawanan dari oknum dalam juga dapat terjadi.
”Sehingga perlu adanya ketegasan dan sanksi bagi oknum yang memang memanfaatkan momentum ini. Apalagi untuk sekolah-sekolah favorit yang menjadi incaran semua orangtua,” terangnya. (rus/drx/