Kampung Lukis Jelekong Minim Penerus

Sejak saat itulah, jelas Iman, aktivitas kampung lukisan Jelekong lambat laun meredup. Warga banyak yang kembali beralih profesi menjadi buruh pabrik, petani, pelayan dan lainnya

“Tapi untungnya, masih ada yang tetap bertahan dan tetap berjalan hingga saat ini. Yah satu diantaranya saya,”ucap dia

Saat ini ada sekitar 60 pelukis binaan, sehingga dalam seminggu bisa mengirim ke Bali sekitar 600 lembar lukisan berbagai ukuran dengan beragam jenis dan objek lukisan.

“Begitu juga dari kelompok binaan lainnya, yah kalau dihitung bisa ribuan lembar perbulannya,”katanya.

Melihat pasar yang masih terbuka lebar ini, Iman memiliki optimis, bisa mengembalikan kejayaan Kampung Lukis Jelekong seperti era tahun 80 an.

Untuk membangkitkan semangat melukis warga Jelekong, dirinya pernah mengajak kembali dengan acar membagikan 100 peralatan lukisan. Namun, tidak membuahkan hasil. Terlebih peralatan melukis dapat habis kembali.

Selanjutnya, dia kemudian membuat program penyatuan antara pelukis otodidak dengan akademisi, yakni dengan mengirim 24 pelukis Jelekong yang otodidak untuk belajar teori di Selasar Sunaryo.

Dengan penyatuan antara pelukis otodidak dan akademisi ini, imbuh Iman, para pelukis Jelekong bisa mengikuti perkembangan seni lukis sesuai dengan teori akademisi. Sehingga dapat mengetahui perkembangan trend seni lukis.

“Harapan saya, para pelukis yang belajar teori dari para akademisi dari Selasar Sunaryo dan ITB bisa menularkan ilmunya kepada para pelukis lainnya di Jelekong,”pungkas dia (mg3/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan