jabarekspres.com, BANDUNG – Seiring dengan penyempitan makna dari sebuah budaya sebagai suatu jati diri bangsa, mengundang keprihatinan pihak-pihak yang peduli tehadap hal tersebut, khususnya mengenai ’Aksara” atau sistem penulisan pada Budaya Sunda.
Deden Hidayat selaku Ais Pangapih (Pendamping) Budaya Sunda mengatakan, ciri suatu bangsa akan hilang jika masyarakatnya telah melupakan budaya dan bahasanya sendiri.
”Suatu bangsa akan hilang atau punah, manakala budaya dan bahasa hilang maka ciri suatu bangsa akan punah. Kami ini semua adalah orang Sunda, kebetulan ada temuan-temuan yang sebetulnya dapat menggali kembali tentang eksistensi suku bangsa sunda,” kata Deden di Biscoe, Jalan Patuha, Kota Bandung, kemarin (18/5).
Deden mengatakan, Aksara merupakan warisan yang mempunyai peran besar dalam meneruskan budaya sunda pada generasi selanjutnya.
”Apapun eksistensinya, itu akan ditentukan oleh Aksara, karena itu merupakan peninggalan sejarah yang dapat dipelajari oleh keterunan berikutnya dan bukan berarti peninggalan-peninggalan yang ada tidak bisa dibaca,” ujar Ketua DPD Golkar Kota Bandung ini.
Di temui di tempat yang sama, Cici Lely Mey selaku Pegiat Sejarah dan Budaya Balad Museum Sri Bhaduga Bandung menambahkan, pentingnya peran serta orang tua untuk mengajarkan budaya sebagai sebuah landasan.
”Orang tua itu bukan hanya punya kewajiban membesarkan anak-anak atau generasi muda, tapi juga mewariskan sesuatu yang kelak akan bisa dipelajari untuk kedepannya,” tambahnya.
Cici menegaskan, bahwa jati diri suatu bangsa haruslah memegang teguh arti dan nilai suatu budaya. ”Karena kalau soal Aksara atau bahasa bukan hanya sekedar deretan kata-kata, tetapi itu juga bisa mengolah rasa sebagai bagian dari jati diri bangsa,” pungkasnya. (rmo/JPG/fik)