jabarekspres.com – Pada lima bulan usia Aubrey didapati mengalami kelainan jantung dan pendengaran akut. Itu disebabkan ibundanya terinfeksi rubela ketika hamil. Pemerintah dituntut lebih agresif dalam meningkatkan cakupan imunisasi.
—
TANGGAL 19 Mei 2012 seharusnya menjadi saat-saat membahagiakan bagi Grace Melia. Saat itu putri sulungnya, Aubrey, lahir. Namun, kebahagiaan tersebut berubah menjadi kekhawatiran Bayi mungil itu susah bernapas. Tangisnya pun tak kunjung terdengar.
Bertambah usia Aubrey, semakin besar pula kekhawatiran Grace terhadap buah hatinya itu. Aubrey semakin sering menangis. Padahal, kebutuhan air susu ibu (ASI) terpenuhi. Lalu, muncul gejala lainnya, bayi yang dipanggil Ubii tersebut tidak responsif terhadap suara.
”Saya bahkan coba pecahin balon dekat Ubii, tapi ternyata tak ada respons,” ujar ibu 22 tahun itu kepada Jawa Pos (Jabar Eksrpes Group), baru-baru ini.
Grace pun membawa Ubii ke dokter. Bukan cuma satu, tapi beberapa orang dokter sekaligus. Semuanya ”sepakat”, Ubii tidak mengalami masalah serius. ”Ibu parnoan,” ujar Grace menirukan hampir semua dokter yang dikunjungi. ”Sampai akhirnya saya konsultasi dengan Prof Sunartini. Plus diperkuat dari hasil tes darah, Ubii mengalami masalah sangat serius,” ungkapnya.
Ubii ternyata positif menderita congenital rubella syndrome. Kadar ImG dan ImM dalam tubuh Ubii reaktif. Artinya, memang ada virus rubela dalam tubuh Ubii. Itu membuat Ubii mengalami gangguan pendengaran berat, kelainan jantung, dan retardasi (kelainan) motorik. Pada kasus tersebut, dugaan terbesar adalah anak terinfeksi rubela bawaan sejak dalam kandungan.
Mengetahui itu, hati Grace remuk. Grace tak tahu dari mana dirinya tertular virus rubela. ”Makanya, ini penting sekali untuk tahu dan skrining TORCH sebelum hamil. Dampaknya sangat mengerikan sekali bagi anak,” tutur alumnus Universitas Sanata Dharma itu.
Pengalaman Grace dan Ubii sudah selayaknya menjadi pelajaran bagi semua. Sekretaris Utama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Yanuarso menegaskan, imunisasi penting untuk semua. Dia bisa mencegah kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi. Misalnya, campak, polio, pneumonia, difteri, TBC, rubela, dan lainnya.