Zaenal Beta, Seniman Lukis Berbahan Tanah Liat Asal Makassar

Tahun demi tahun berlalu. Zaenal terus bereksplorasi dengan karya tanah liatnya. Hingga pada suatu titik Zaenal merasa frustrasi karena ada yang tidak pas dengan kombi­nasi antara kanvas, kuas, dan tanah liat. Lagi-lagi karena tak sengaja, dia mendapati sebuah guratan tanah liat di kanvas yang kala itu menurutnya tam­pak khas dan unik.

”Saya terus mencari dan mencari, ternyata pola seperti itu justru didapat dengan media bambu kecil dan tangan kosong,” ujar Zaenal dengan senyum mengembang. Sejak itulah pria kelahiran 19 April 1960 tersebut mengandalkan tangan, bambu, dan kadang bantuan sedikit kertas untuk melukis.

Kerja kerasnya berbuah ma­nis. Pada 1986 Zaenal diundang untuk memamerkan karyanya di Taman Ismail Marzuki, Ja­karta. Tanpa disangka, pelu­kis kenamaan tanah air Af­fandi (almarhum) ikut hadir untuk menyaksikan karyanya.

”Saat itu Pak Affandi me­muji karya saya. Anda seha­rusnya dijuluki profesor lukis. Karena telah menemukan teknik baru,” ujar Zaenal me­nirukan ucapan sang maestro kala itu. Pada kesempatan yang sama pula, karya Zaenal sempat menjadi perdebatan para pelukis karena teknik dan medianya tak lazim. ”Apa ka­rya saya bisa dimasukkan ke dalam seni melukis karena kan tidak pakai cat,” kenang Zaenal.

Karena keunikannya itu pula, gaung karya Zaenal sampai di level internasional. Salah seo­rang seniman dari University of California pernah berkunjung ke galerinya dan berkata bahwa Zaenal adalah satu-satunya pelukis di dunia yang meng­gunakan tanah liat.

Salah satu lukisannya yang bergambar perahu pinisi ter­jual Rp 25 juta oleh kolektor asal Jerman. Bahkan, beberapa kali Zaenal diundang untuk memajang karyanya dalam pameran di berbagai negara seperti Prancis, Belanda, Ka­nada, sampai Australia.

Selama kurang lebih 20 menit, lukisan yang digarap Zaenal di depan penulis akhirnya selesai. Sebuah rumah adat Toraja ter­gambar dengan apik di kertas berukuran A4 tersebut. Dia melukis tanpa contoh potret, tapi mengandalkan daya ingat. Sama sekali tak menemui kesu­litan lantaran bentuk dan le­kukan rumah adat sudah dia hafal di luar kepala.

Tinggalkan Balasan