”Karena kan orang awam mah melihat makin hijau makin bagus. Padahal belum tentu, sehingga perlu dipangkas. Tapi gimana caranya kita minta bantuan dari DPKLTS,” katanya.
Terkait perubahan cuaca, Emil –sapaan Ridwan Kamil– mengatakan, fenomena ini perlu diwaspadai oleh warga. Dalam sebulan ini, warga diminta untuk mengantisipasi.
”Pada musim pancaroba ini matahari tegak lurus di atas kepala kita, dan sering tiba-tiba mendung,” ujar Emil.
Dia menerangkan, turunnya hujan es itu disebabkan oleh perubahan cuaca di mana ketika uap air menguap ke atas saat mata hari tengah terik bertemu dengan awan mendung. Perubahan dari cerah ke mendung itu terjadi dalam waktu yang singkat.
Hal tersebut sejalan dengan penjelasan yang dilansir Badan Meteorologi dan Geofisika. Berdasarkan analisa BMKG, hujan deras dan butiran es yang turun berasal dari awan kumulonimbus. Awan tersebut merupakan gumpalan vertikal menjulang tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya.
Hujan deras yang turun itu disertai dengan turunnya suhu yang mencapai 24 derajat celcius dan kelembaban hingga 83 persen. Hal ini membuat terjadinya hamparan es yang menyerupai salju. Hamparan es ini tentunya berbeda dengan salju umumnya yang biasa terjadi di belahan dunia dengan empat musim.
Di samping mengantisipasi cuaca yang ekstrem, pemerintah kota bersama dengan DPKLTS juga akan melakukan audit terhadap pohon-pohon di Kota Bandung. Hal tersebut bertujuan untuk memonitor pohon agar kondisinya tetap terawat. Dan jika terjadi cuaca yang ekstrem lagi, pohon-pohon itu tidak akan mengalami gangguan yang membahayakan warga. (dn/fik)