Djoko Tjahjono Iskandar, 40 Tahun Abdikan Diri Teliti Katak Indonesia

Terbiasa berada di lapangan kadang juga membuat Djoko rindu untuk kembali ke hutan. Menurut dia, penelitian lapangan adalah refreshing yang paling menyenangkan. Udara segar dan suasana alam yang tidak bisa ditemukan di kota selalu membuat Djoko rileks. Itulah hal yang paling dirindukan Djoko.

’’Sesekali bolehlah turun ke lapangan lagi,’’ katanya.

Djoko berkisah, penelitian lapangan begitu membekas dalam benaknya. Suka duka pernah dialaminya. Bahkan, dia beberapa kali nyaris mati. Yang pertama, Djoko pernah terseret arus deras sungai di Kalimantan hingga 2 kilometer. ’’Dalam kepala sudah terbayang kalau sampai nabrak batu, saya mati,’’ ungkapnya.

Kejadian yang hampir merenggut nyawa Djoko terjadi lagi di Aceh. Kala itu dia baru selesai mandi di sungai dan sedang berpakaian di tempatnya menginap tidak jauh dari sungai. Setelah berpakaian rapi, Djoko keluar rumah dan melihat dengan mata kepala sendiri sungai tempatnya mandi sebelumnya diterjang banjir bandang.

’’Batu berdiameter 2 meteran di sungai itu langsung hanyut. Dibawa banjir bandang. Itu hanya selisih beberapa menit saja. Telat sedikit, mungkin saya sudah hanyut,’’ katanya. (*/c5/ari/fik)

Tinggalkan Balasan