Kejadian kedua sekitar pukul 13.36 WIB berlokasi di 8.10 Lintang Selatan 107.00 Bujur Timur arah 131 kilometer selatan Sukabumi berkedalaman 27 kilometer. Terakhir hari ini, getaran gempa berkuatan 5,1 skala richter terjadi pada pukul 13.12 WIB berlokasi di 8.50 LS, 108.87 BT ke arah 210 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi di kedalaman 10 kilometer.
Kemudian pada 23 Januari gempa berkekuatan 5,1 skala richter berada di 210 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi, pada 25 Januari terjadi gempa berkekuatan 3,3 skala richter 60 kilometer Barat Daya Palabuhanratu, pada 26 Januari terjadi dengan getaran 2,9 skala richter di 112 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi. Memasuki bulan ini, gempa terjadi pada 8 Februari dengan kekuatan 3,3 skala richter di arah 94 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah 2 Ciputat, Sutiyono, mengatakan, peta tingkat guncangan (Shake Map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan yang dirasakan di Soreang, Kota Bandung, Sukabumi, Cianjur dan Lembang dengan intensitas II SIG (III-IV MMI), di Bogor I SIG (I-II MMI).
Menurut dia, di daerah ini, guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan oleh beberapa orang. Namun demikian, hingga sampai saat laporan ini dibuat belum ada laporan mengenai kerusakan akibat guncangan gempa bumi tersebut.
Ditinjau dari kedalaman hiposenter, gempa bumi ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng. Dalam hal ini Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempeng Eurasia terjadi deformasi batuan sehingga menyebabkan gempa.
”Meskipun dangkal dan terjadi di laut, gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, karena kekuatannya tidak cukup besar untuk membangkitkan perubahan di dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami,” ujarnya.
Dia mengimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti arahan dari BPBD serta informasi dari BMKG. Khusus masyarakat di daerah pesisir pantai diimbau agar tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab, karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami. (bbs/fik)