Maut di Balik Diksar Mapala UII Jogjakarta di Lereng Gunung Lawu

Salah satu impian Asyam yang belum terwujud adalah menempuh pendidikan di luar negeri. Asyam ingin sekali menempuh pendidikan di Universitas Oxford London. “Dia ingin ke Oxford. Di UII dia sudah mengikuti latihan kepemimpinan. Tapi, sekarang impian itu sudah menajdi kenangan. Tapi, semangatnya tetap saya simpan,” katanya.

Duka mendalam juga dirasakan ayah Ilham Nurfadmi Listia Adi, Syafii. Syafii tidak menyangka akan ”didahului” sang anak. ”Saya tak menyangka Ilham meninggal di usia muda,” ucapnya saat ditemui di RS Bethesda Selasa (24/1).

Syafii mengakui adanya bekas penganiayaan fisik di tubuh anaknya. Sebelum meninggal, Ilham sempat berkomunikasi dengannya. Menurut pengakuan Ilham, dia mendapat siksaan dari para seniornya di Mapala UII. Hal itu dikuatkan saat Syafii melihat langsung kondisi tubuh almarhum.

”Awalnya Ilham telepon katanya dipukuli. Dia sempat mengirim foto tubuhnya yang memar-memar. Saat saya tiba di Jogja dan melihat langsung kondisi anak saya, ternyata benar adanya. Bahkan, ada bekas pukulan seperti bukan pukulan tangan,” jelas Syafii.

Kemarin jenazah almarhum sudah tiba di kampung halaman di Lombok Timur. Tangis histeris menyambut kedatangan jenazah di rumah duka. Sang ibu beserta saudara-saudara almarhum tak kuat menahan duka mendalam.

Syafii menyatakan bakal membawa kasus tersebut ke ranah hukum. ”Saya sudah melapor ke Polda DIJ. Tapi, saya disarankan untuk melapor ke wilayah hukum kejadian (Polres Karanganyar),” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang korban luka, Abyan Razaki, 19, hingga kemarin masih menjalani perawatan intensif di RS JIH Jogja. Dia mengaku mengalami kondisi serupa dengan tiga korban meninggal. Dia mengalami luka-luka di sekujur tubuh.

Kakak Abyan, Raihan Aflah, 20, menjadi saksi tumbangnya sang adik bungsu. Sepulang dari TGC di Gunung Lawu Sabtu (21/1), kesehatan Abyan menurun drastis. Mulai luka di kedua kaki, tangan, punggung, bahkan kontur wajah adiknya lebih tirus. ”Waktu mandi, dia (Abyan) sampai tidak bisa buka celana sendiri,” ujarnya.

Lantas, Raihan datang lagi ke kamar Abyan sekitar pukul 10.00. Namun, kondisi pintu kamar terkunci dari dalam. ”Akhirnya saya pinjam kunci cadangan. Saat itulah saya menemukan adik saya hanya terbalut handuk, meringkuk. Dia langsung saya bawa ke JIH,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan