Maut di Balik Diksar Mapala UII Jogjakarta di Lereng Gunung Lawu

Menurut ibu Asyam, Handayani, dirinya tidak langsung diberi tahu panitia bahwa anaknya telah dirawat di RS Bethesda. Dia baru dikabari beberapa saat sebelum anaknya mengembuskan napas terakhir.

”Saya sampai rumah sakit jam 11.30 lebih. Saya shock melihat kondisi anak saya karena tubuhnya penuh luka. Napasnya juga sudah terengah-engah dan bicaranya tidak jelas. Tapi, masih bisa menceritakan kronologi kejadian di sana (Gunung Lawu, Red),” katanya.Handayani sempat mendengar kabar dari teman Asyam bahwa sebenarnya Asyam sudah tidak kuat. Dia ingin mengundurkan diri dari diksar, tapi dilarang panitia. Bahkan, Asyam malah ditarik dan dipisahkan dari rombongan diksar lainnya.

”Asyam juga sempat cerita tiga hari pertama tidak apa-apa, tapi setelah itu baru kejadian. Asyam tidak pernah melawan,” ujarnya.

Di mata Handayani, Asyam merupakan sosok yang sederhana, taat beribadah, dan dekat kepada orang tua. Cowok kelahiran 7 Juli 1997 itu sangat dielu-elukan keluarganya. Maklum, dia anak tunggal. Meski anak tunggal, Asyam sangat mandiri.

”Dia selalu berusaha mendapatkan apa yang diinginkan dengan usahanya sendiri. Sangat ingin membahagiakan kedua orang tuanya,” kata Handayani.

Sejak SMA hingga kuliah, Asyam juga sangat mencintai bidang penelitian. Tak heran, dia pun berprestasi di bidang itu. Saat di SMA Kesatuan Bangsa Jogjakarta, bersama sahabatnya, Galih Ramadhan, Asyam meraih medali emas dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2014. Keduanya melakukan penelitian kimia bertajuk Treatment of Oil Spill by Buffing Dust as an Efficient Adsorbent.

Dia juga meneliti limbah laut. Berkat penelitian itu, Asyam diundang ke Istana Negara oleh Presiden Jokowi. ”Dia sangat bangga atas prestasi yang diraihnya itu,” kenang Handayani.

Handayani mengakui, Asyam punya semangat tinggi untuk menyelamatkan lingkungan. Keikutsertaannya dalam Mapala UII juga didasari kecintaannya pada alam. Sebagai ibu, tentu Handayani sangat mendukung segala langkah anak semata wayangnya tersebut.

Di luar aktivitas akademis, Asyam giat di berbagai kegiatan sosial. Saking sibuknya Asyam, Handayani memiliki julukan khusus kepada anaknya tersebut. ”Karena sangat sibuk, saya panggil dia ‘pak menteri’,” ujarnya setengah terisak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan