bandungekspres.co.id, JAMIKA – Menjelang Hari Raya Imlek, sejumlah pengelola rumah peribadatan Tionghoa di Bandung terlihat sibuk. Salah satu vihara tertua di Bandung, Vihara Dharma Ramsi sibuk mempersiapkan lilin sebagai tradisi beribadah.
Berdasarkan pantauan Bandung Ekspres, Lilin yang disiapkan Vihara Dharma ramsi berukuran besar. Pengelola Vihara Dharma Ramsi Eric Mintarja, 74, mengatakan, dirinya menyiasati kebutuhan lilin dengan cara membuat sendiri.
Menurut dia, harga lilin berukuran besar biasanya mahal. Untuk itu, dirinya sengaja mendaur ulang lilin bekas.
Setiap Imlek, lilin di Vihara Dharma Ramsi selalu dinyalakan hingga 14 hari kemudian. Setelah itu, lilin sisanya disimpan untuk didaur ulang. Lilin hasil daur ulang biasanya dipasang di vihara jelang pelaksanaan Imlek pada tahun berikutnya.
”Lilin yang kami produksi, tidak dijual untuk masal. Tetapi hanya untuk keperluan kami saja. Apabila ada yang memesan lilin dari vihara yang lain, kami dengan senang hati membuatkan lilin seadanya bahan,” ujar Eric kepada Bandung Ekspres kemarin (23/1).
Eric mengatakan, lilin hanya sebagian dari kebutuhan pokok saja. Ini merupakan sebuah tradisi yang sudah berlangsung secara turun-temurun.
Lilin yang dibuat di Vihara Dharma Ramsi terdiri dari empat ukuran yaitu 200 kati, 100 kati, 50 kati, dan 25 kati. Satu kati sendiri beratnya sekira 600 gram. Untuk satu lilin ukuran 100 kati misalnya, bisa setinggi 180 cm. Jika beli, harganya bisa lebih dari Rp 3 juta.
Karena lilinnya hasil daur ulang, dana yang diperlukan pun tidak terlalu besar. Meski diakuinya, untuk menambah bahan baku lilin tetap harus membeli dari toko. Tapi jumlahnya tidak sebesar dibandingkan membeli lilin baru.
Karena dana yang dipakai tidak sebesar untuk membeli lilin baru, pengurus vihara bisa menggunakannya untuk hal lain.
Sementara itu, Asisten Eric Mintarja mengatakan, lilin yang diprodusi semuanya berwarna merah. Sebab, merupakan wujud pengantar rasa syukur atas nikmat hidup yang masih diberi oleh tuhan.
”Kalau lilin yang berwarna putih, itu untuk orang yang sudah meninggal,” tutur Asikin. (hijrah-job/fik)