Eddie Hara Tetap Bergaya Muda, Naufal Ketemu Jalannya

Anak-anak muda yang bersekolah di luar negeri kembali ke Indonesia. Mereka mulai meneruskan bisnis orang tua atau mulai menapaki karir di sini. ”Mereka-mereka itulah yang mulai bisa terhubung dengan karya-karya saya,” lanjutnya.

Meski kini sudah senior, Eddie menyatakan tetap suka bergaul dengan anak-anak muda. Situs dan platform seni CoBo menyebut pria yang pada 1989-1990 belajar di Akademie voor Beeldende Kunst Enschede (AKI) Belanda tersebut sebagai The Punk Uncle of Indonesian Contemporary Art. Dia adalah pamannya seniman-seniman muda.

Tak salah bila Eddie mendapat julukan seperti itu. Di tengah wawancara, tiba-tiba ada dua anak muda yang menghampiri dia. ”Om Eddie, saya mau kenalin teman saya nih, Om,” kata Naufal Abshar, pelukis muda yang karyanya juga dipamerkan di tempat yang sama.

Naufal memperkenalkan temannya, Abenk Alter, kepada Eddie. Abenk yang memiliki nama lengkap Rizqi Ranadireksa adalah musisi muda Indonesia. Dia pernah bergabung dalam band Soulvibe. ”Saya ngefans banget sama Om Eddie,” ungkap Abenk, lalu mengajak foto bareng.

Gaul dengan anak-anak muda seperti itu sudah menjadi bagian dari hidup Eddie. Terlebih ketika kali pertama hijrah ke Swiss untuk mengikuti istrinya yang orang Swiss. Kehidupannya di sana sebagai seniman tak langsung moncer. Awalnya, dia merasakan susah hidup di negara orang.

”Pertama, kendala bahasa. Kedua, Swiss itu negara di Eropa yang belum banyak tahu tentang seni rupa kontemporer Indonesia,” ceritanya.

Lima tahun pertama, Eddie mendapat teman-teman baru yang notabene teman-teman istrinya. Tapi, pelan-pelan dia harus membuat jaringan sendiri. ”Kebetulan, jaringan yang bisa menerima kesenian saya ada lingkungan musisi,” terang dia.

Jadilah dia berteman dengan musisi rock dan punk serta seniman-seniman grafiti. ”Di dunia mereka tak mengenal lapisan. Semua sama. Asal punya potensi, mereka terima dengan tangan terbuka,” lanjutnya.

Di tempat baru itu, dia merasakan kehidupan yang benar-benar urban. Grafiti, musik rock, rap, punk, fotografi, komik, dan hal-hal yang digandrungi anak muda menjadi bagian dari kesehariannya di sana. Itu menjadi lingkungan alternatif yang sangat menginspirasi Eddie. ”Kalau dengan sesama perupa di sana, saya malah jarang bergaul,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan