bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat terus mendorong agar keberadaan koperasi mampu berkembang dan maju dalam membangun perekonomian di tengah masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat Aos Kaosar kepada wartawan di Ngamprah kemarin (17/1).
”Saat ini, rata-rata koperasi yang masih bertahan bergerak di bidang simpan pinjam yang mencapai 60 persen. Sementara, koperasi lainnya rata-rata tidak mampu bertahan sehingga memilih untuk berhenti,” katanya.
Menurut dia, keterampilan, modal dan pemasaran masih menjadi kendala di antara sejumlah koperasi yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Banyak koperasi yang telah lama eksis, namun terkendala oleh persoalan sumber daya manusia, modal dan pemasaran. Keberadaan koperasi-koperasi ini tentunya harus didukung oleh kebijakan dari pemerintah pusat.
”Dukungan pemerintah pusat sangat dibutuhkan seperti untuk memilih jenis usaha agar koperasi itu dapat berkembang. Jangan sampai dibiarkan dan ujung-ujungnya koperasi tersebut tutup,” paparnya.
Diungkapkannya, selain untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing perekonomian masyarakat, melalui koperasi dan UMKM, pemkab telah menetapkan beberapa tujuan pokok, di antaranya meningkatkan perekonomian daerah, meningkatkan daya beli masyarakat serta meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan sosial. ”Sedangkan arah kebijakannya adalah untuk meningkatkan produk dan produktivitas industri, koperasi dan UMKM yang berorientasi pasar guna meningkatkan akses modal, kualitas SDM, kualitas kelembagaan koperasi dan kesejahteraan anggotanya,” jelasnya.
Dari total 811 koperasi di Kabupaten Bandung Barat, kata dia, tinggal 600 koperasi yang masih aktif. Pemerintah daerah terus mendorong seperti memberikan pelatihan dan pembinaan agar koperasi yang masih aktif ini dapat terus berkembang. ”Pemerintah daerah tidak diperbolehkan memberikan bantuan modal bagi koperasi, tapi yang dibolehkan hanya pelatihan,” terangnya.
Diungkapkannya, dari total 600 koperasi yang masih aktif, untuk koperasi non simpan pinjam masih rendah. ”Justru yang tinggi koperasi simpan pinjam, namun koperasi di bidang lainnya banyak yang berhenti. Contoh KUD, dulu penjual pupuk rata-rata dipegang oleh KUD tapi sekarang sudah tidak, dan sekarang KUD banyak yang kolap, pergeseran kebijakan pusat juga berpengaruh,” ungkapnya.