Disinggung soal pengaruh penambahan kuota ke biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH), Djamil belum bisa memastikan. Dia mengatakan, dibutuhkan perhitungan lagi untuk mengetahui apakah penambahan kuota bisa berpengaruh pada besaran BPIH. ”Belum tahu. Nanti baru dihitung bersama DPR,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Sodik. Dia mengatakan, pembahasan BPIH baru dilakukan dua pekan lagi. Pihaknya masih harus menunggu laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji tahun lalu untuk bisa menyusun besaran BPIH tahun ini. ”Belum bisa langsung diperkirakan turun. Yang jelas, kami sudah mengantongi standar harga dari masing-masing komponen. Jadi akan lebih mudah. Tahun lalu kami berhasil turunkan sampai USD 500 kan. Semoga saja,” ungkapnya.
Dari pembahasan di akhir Januari, Sodik menargetkan pembahasan BPPIH rampung sebelum Ramadan tiba. Kira-kira pada Maret 2017.
Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, tambahan kuota 52,2 ribu itu akan diprioritaskan bagi jamaah yang belum pernah naik haji.
”Prioritas betul-betul ditujukan bagi yang belum berhaji sama sekali,” kata Lukman setelah menyampaikan sambutan acara Halaqah Ulama ”Refleksi 33 Tahun Khittah NU” di Situbondo sebagaimana dilansir situs Kemenag kemarin.
Karena itu, Lukman berharap jamaah yang sudah pernah berhaji bisa berbesar hati memberikan kesempatan kepada sesama saudaranya yang belum berhaji. Dia menjelaskan, kewajiban berhaji sebenarnya hanya sekali dalam seumur hidup. Mereka yang sudah pernah menjalankan sesungguhnya tidak berkewajiban untuk berhaji lagi. ”Kewajibannya sudah gugur, maka kita berikan kesempatan bagi yang belum berhaji sama sekali,” tuturnya.
Lukman mengaku bersyukur atas penambahan kuota menjadi 221 ribu itu. Kata dia, kenaikan tersebut sangat berarti karena sudah empat tahun kuota Indonesia dipotong 20 persen hingga tinggal 168.800 jamaah. ”Mudah-mudahan ini akan semakin memperpendek antrean para calon jamaah haji Indonesia,” katanya. (mia/c10/c9/agm/rie)