Lewat earHouse, Endah n Rhesa Konsisten Gerakkan Local Scene

Bagi musisi Endah n Rhesa, impian terbesar mereka adalah membangun local scene. Pasangan suami-istri itu mewujudkannya lewat earHouse, wadah berkreasi bagi siapa saja yang ingin mengasah ilmu bermusik. Gratis.

NORA SAMPURNA, Tangsel

AWAL 2013, Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya, pasangan duo Endah n Rhesa, mendapat undangan tampil di Marche International du Disque et de I’edition Musicale atau MIDEM Festival di Prancis. Di sana, pelaku industri musik dari seluruh dunia berkumpul. Musisi, manajer, agen, label, dan elemen musik lainnya.

Selain perform di panggung utama MIDEM, mereka mengikuti seminar yang diberikan para praktisi industri musik. ”Kami datang ke sana dengan segudang mimpi,” ucap Endah saat ditemui Rabu malam (4/1).

Ada satu seminar tentang musik dan label independen serta musik dan label mayor yang dibawakan Steve Rennie, eks manajer Incubus. Di situ, Endah dan Rhesa mendapatkan perspektif baru. ”Jika ingin musikmu preserved (awet), maka bangunlah local scene-mu,” kata Endah menirukan ucapan Rennie.

Pernyataan tersebut membuat Endah dan Rhesa tergetar. Pulang dari Prancis, pesan Rennie itu terus terngiang di benak keduanya. ”Apa ya kontribusi kita untuk local scene? Kami berpikir, local scene kami Indonesia, lebih kecil lagi Tangerang Selatan, lebih spesifik lagi di Pamulang,” papar Rhesa.

Impian itu akhirnya terwujud pada 1 September 2013. Endah dan Rhesa mendirikan earHouse, wadah untuk mengasah kreativitas bermusik anak-anak muda di kawasan Tangerang Selatan (Tangsel). Tempatnya di sebuah ruko di kawasan Pamulang, Tangsel. Sedikit menyepi dari hiruk pikuk Jakarta.

”Usia kami waktu itu sudah 30 tahun. Nggak mau menyesal kalau ada mimpi yang belum tercapai,” ucap Endah yang ke­lahiran 4 Mei 1983.

earHouse merupakan ruang untuk menampung kreativitas dan sharing ilmu dan pengalaman dalam suasana kasual. Dengan kata lain, Endah n Rhesa sedang membangun komunitas dengan ambience kreatif, yang ditujukan untuk local scene anak-anak muda Pamulang. Awalnya tempat itu di-setting untuk venue gig saja. Hanya dibuka saat ada yang mau perform. ”Tapi, rasanya sayang kalau sehari-hari kosong,” ucap Rhesa.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan