bandugekspres.co.id, NGAMPRAH – Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Barat akan mengenjot produksi pertanian beras di tahun 2017. Hal ini dilakukan guna meneruskan sewasembada beras berkelanjutan sejak 2009 hingga 2016.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Barat Ida Nurhamida mengatakan, saat ini, produktivitas beras di Kabupaten Bandung Barat mampu mencapai 6,3 ton per hektare. Sementara, luas lahan pertanian secara total mencapai 130.577 hektare. Di mana 51 persen merupakan kawasan budidaya pertanian dan sisanya bukan lahan pertanian.
”Artinya, lahan pertanian masih cukup luas. Lahan budidaya pertanian itu merupakan lahan tanaman pangan, seperti beras, buah-buahan dan sayuran,” kata Ida di Ngamprah kemarin (4/1).
Menurut Ida, tantangan pertanian di Kabupaten Bandung Barat cukup beragam. Mulai dari semakin banyaknya jumlah penduduk maka semakin dibutuhkan pangan. Terutama komuditas beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. ”Pada saat KBB berdiri 2007 lalu, jumlah penduduk itu hanya 1,4 juta jiwa. Tapi, data terakhir sampai 2017 ini jumlah penduduk mencapai 1,6 juta jiwa. Artinya, kebutuhan beras juga bertambah,” kata dia.
Selain membludaknya jumlah penduduk, sebut dia, hal lainnya terkait penyusutan lahan pertanian setiap tahunnya, akibat banyak jumlah penduduk tadi. Di Jawa Barat, penyusutan lahan pertanian mencapai 4 persen per tahun termasuk di Kabupaten Bandung Barat. ”Memang tantangan penyusutan lahan juga menjadi tugas pemerintah. Makanya, kami sedang membuat Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Ke depan akan dibuatkan Perda tentang pengaturan lahan pertanian yang tidak boleh diahlifungsikan,” terangnya.
Lebih jauh Ida menyebutkan, tantangan lainnya persoalan dengan produksi pertanian yakni dengan kondisi iklim yang tidak menentu. Hal itu berpengaruh pada hasil produksi pertanian seperti produksi beras.
”Iklim yang tidak menentu seperti hujan yang berkepanjangan atau kemarau panjang akan berdampak pada produksi beras. Makanya, menghadapi persoalan itu, kita harus siapkan penerapan teknologi tentang jenis pertanian apa yang cocok dengan kondisi iklim yang terjadi saat ini,” paparnya.
Menurut Ida, fokus terhadap kedaulatan pangan dan kemandirian pangan menjadi hal utama. Sebab, ketahanan pangan mampu memberikan kontribusi pada kebutuhan konsumsi masyarakat. Selain itu, ketahanan pangan juga mampu berkontribusi pada devisa negara serta kelestarian lingkungan. Ketahanan pangan juga mengacu pada UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.